Oleh: Andi rachmat syam, M. Arif jamaluddin, Mulya
sasmitha dan Yenpita (Mahasiswa Jurusan Matematika Fak. Sains & Teknologi
UIN Alauddin Makassar)
Seiring perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kajian bidang ilmu murni dan terapan tidak lepas
dari bidang analisis. Begitupun dalam dunia medis yang perkembangannya sangat
pesat seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini tentu tidak lepas dari hasil
kerja keras melalui penelitian-penelitian penting yang telah dilakukan oleh
ilmuan-ilmuan terdahulu yang mengkaji hal-hal tabu dalam ilmu medis kemudian
dikembangkan oleh ilmuan atau peneliti selanjunya.
Upaya yang dilakukan oleh sarjana
muslim pada masa kekhalifahan dalam memajukan
dalam
memajukan ilmu kesehatan Islam pada Abad ke-9 hingga Abad ke-13 bertumpu pada
metode rasional dan uji klinis. Beragam
jenis terapi ditemukan oleh dokter muslim seperti Aromaterapi, Kemoterapi, Hirudoterapi, Fitoterapi, Kromoterapi,
Parmacoterapi, Pisiterapi, dan Psikoterapi. Temuan lainnya adalah terapi
kanker, terapi seksual, urologi, dan litotomi.
Apa yang telah dilakukan dan
diusahakan oleh sarjana muslim pada dunia medis tentu sangat memberi pengaruh
terhadap perkembangan ilmu kedokteran modern yang penerapannya sedikit banyak
diadopsi pada ilmu kedokteran pada masa ini. Hal ini tentu saja memberikan
kebanggaan tersendiri bagi umat muslim yang mempunyai ilmuan yang mampu
memberikan sumbangsi yang sangat berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan
utamanya dibidang medis, dan tentunya kami sebagai generasi penerus akan lebih
berusaha lebih baik agar peranan islam utamanya dalam ilmu pengetahuan dapat
kembali berjaya.
Ilmu
Kedokteran Islam
Dalam sejarah Islam, dikenal beberapa tokoh penemu dibidang kesehatan dan
kedokteran. Ibnu Sina (980-1037 M) atau dikenal di Barat dengan
nama Avicenna adalah tokoh yang
paling terkemuka atas karya monumentalnya “Qanun fit Al-Thib” (The Canon of Medicine), sebuah
ensiklopedia pengobatan (pharmacopedia)
yang berisi satu juta kata. Ibnu Sina memberi sumbangan pada Bakteriologi yakni Ilmu yang mempelajari kehidupan dan klasifikasi bakteri. Ibnu Sina juga digelari Bapak Kedokteran Modern atas rekomendasinya pada tujuh aturan
dasar dalam uji klinis atas suatu obat. Selama dua abad (Abad ke-15 dan Abad
ke-16) karya tersebut dicetak ulang sebanyak 35 kali dan menjadi rujukan
kedokteran Eropa dan dunia hingga abad ke-18.
Al-Razi, Ibnu al-Jazzar, al-Zahrawi serta Ibnu Sina merupakan dokter-dokter Muslim
legendaris yang lahir di era kekhalifahan. Nama dan buah pikir yang mereka
sumbangkan bagi kemajuan peradaban manusia telah diakui masyarakat dunia dari
zaman ke zaman. Kontribusi para dokter Muslim itu sangat besar pengaruhnya bagi
dunia kedokteran modern. Keempat dokter Muslim itu mengkaji dan membahas
tentang urologi dalam buku kedokteran yang mereka tulis. Prof Rabie E Abdel-Halim dalam tulisannya bertajuk Paediatric Urology 1000 Years Ago,
mengungkapkan keberhasilan dunia kedokteran Muslim pada 1.000 tahun silam dalam
bidang urologi.
Keempat
kitab kedokteran yang mengupas masalah urologi itu adalah; Kitab al-Hawi fi al-Tibb karya Al-Razi; Risala fi Siyasat as-Sibian
wa-Tadbirihim, karya Ibnu al-Jazzar; Kitab at-Tasrif li-man 'Ajiza 'an at-Ta
'lif, karya Al-Zahrawi; dan Al-Qanun fi al-Tibb, karya Ibnu Sina. Dalam bidang Litotomi, Abu
al-Qasim Khalaf ibn al-Abbas Al-Zahrawi atau Abulcasis (936 M- 1013M) adalah
orang yang pertama yang berhasil melakukan pencabutan saluran kencing dan batu
ginjal dari saluran air kencing menggunakan instrumen/peralatan baru. Penobatan
Al-Zahrawi dalam bidang lithotomi disebutkan oleh Abdul Nasser Kaadan PhD dalam
karyanya “Albucasis and Extraction of
Bladder Stone”.
Dalam bidang terapi kanker, Ibnu
Sina alias Avicenna adalah dokter
pertama yang berhasil melakukan terapi kanker. Patricia Skinner dalam bukunya “Unani-tibbi: Encyclopedia of Alternative
Medicine” mengakui keberadaan Ibnu Sina yang pertama melakukan metode bedah
yang disertai pemotongan atau pembersihan pembuluh darah. Sementara Prof Nil
Sari dari Cerrahpasha Medical School, Universitas Istanbul, Turki, dalam
tulisannya berjudul “Hindiba: A Drug for
Cancer Treatment”, mengungkapkan temuan ilmuwan Muslim bernama Ibnu
al-Baitar atas ramuan obat kanker atau tumor bernama “Hindiba” pada abad ke-12
M. Obat kanker warisan peradaban Islam itu kemudian dipatenkan oleh Prof Nil
Sari pada 1997 (Abad ke-20).
Pada abad ke-9, tokoh Islam lainnya Ishaq
bin Ali Rahawi menulis kode etik kedokteran pertama kali di dunia bernama Kitab Adab al-Tabib. Kitab tersebut
terdiri atas 20 bab yang menganjurkan pertama kali diadakan Peer-Review atas
setiap pendapat baru dalam dunia kedokteran. Didalam bukunya dianjurkan untuk
memeriksa catatan medis sang dokter apabila ditemukan pasien meninggal dunia
guna memastikan tindakan dokter sesuai dengan standard layanan medic atau
tidak.
Rekomendasi Rahawi hingga kini digunakan dalam kode etik kedokteran,
termasuk pemeriksaan pasien dalam rumah sakit dengan penggunaan rekam medis
(medical record). Masih pada abad ke-9, Al-Kindi
menunjukkan aplikasi matematik untuk kuantifikasi di bidang kedokteran seperti
untuk pengukuran derajat penyakit dengan menggunakan sejenis thermometer,
mengukur kekuatan obat dan kemampuan menaksir saat-saat kritis pasien. Pada
Abad ke-12, Ibnu Rusdy atau Averroes
(1126-1198 M) memberikan kontribusinya dalam ilmu kesehatan berupa karya
berjudul ‘Al- Kulliyat fi Al-Tibb’
(Colliyet) berisi rangkuman ilmu kedokteran serta buku berjudul ‘Al-Taisir’
mengupas praktik-praktik kedokteran.
Ilmu
Kedokteran Modern
Sisem
kedokteran dan praktek perawatan kesehatan telah berkembang dalam berbagai
masyarakat, sedikitnya sejak awal sejarah tercatatnya manusia. Sistem-sistem
ini telah berkembang dengan berbagai cara dan berbagai budaya serta daerah yang
berbeda. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran modern pada umumnya adalah tradisi
kedokteran yang berkembang pada dunia barat sejak awal zaman modern. Berbagai
tindakan pengobatan dan kesehatan tradisional masih dipraktikkan diseluruh
dunia dimana sebagian besar dianggap terpisah dan berbeda dengan kedokteran
barat, yang juga disebut dengan biomedis atau tradisi hippokrates.
Ilmu
kedokteran modern berkembang pada akhir abad ke-18 dan awal ke-19 di Inggris,
Jerman, dan Prancis. Disebut juga ilmu kedokteran ilmiah dimana setiap
pengobatan yang diberikan harus dibuktikan dengan uji klinis. Kedokteran
berdasarkan bukti (evidence based medicine) ini dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan cara kerja yang efektif dengan menggunakan metode ilmiah serta
informsi sains global yang modern.
Begitupun
dengan obat tradisional, agar setara dengan obat modern maka obat tradisional
harus melalui berbagai tingkat uji klinis. Berdasarkan tingkat uji klinisnya
obat dapat digolongkan menjadi jamu (emperical
besic herbal medicine), obat ekstrak alam (obat herbal standar/ medicine), dan fitofarmaka (clinical based herbal medicine). Dengan ditunjang
oleh peralatan yang modern, sungguh sangat membantu dalam perkembangan ilmu
kedokteran modern. Misalnya saja dengan kecanggihan alat-alat yang digunakan
dalam proses operasi sehingga memudahkan para dokter dalam membedah pasien yang
mempunyai penyakit kronis. Perkembangan khasiat obat yang digunakan juga sangat
membantu pada proses penyembuhan tanpa perlu lagi meracik tanaman-tanaman
herbal yang tentunya akan memakan waktu yang sangat lama.
Namun perkembangan
ilmu kedokteran modern ini tidak boleh dilepaskan dari peranan ilmuan
kedokteran islam yang telah memberikan hasil penelitiannya yang luar biasa
dalam mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang medis. Contohnya Al-Razi ialah dokter yang pertama kali
memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam pengobatan pada
abad ke-10 M. Zat-zat kimia itu adalah alkohol,
belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat
kapur, tanah liat, karang, mutiara, ter, dan aspal. Dengan adanya zat kimia yang
ditemukan oleh Al-Razi, maka sekarang Kemoterapi digunakan sebagai metode
perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia. Dalam kedokteran modern,
kemoterapi merujuk kepada penggunaan obat sitostatik untuk merawat penyakit
kanker.
Ilmu pengetahuan akan
semakin berkembang sesuai perkembangan zaman. Hal ini tentu sangat baik dalam
mengungkap rahasia-rahasia yang masih menjadi topik kajian para ilmuan. Sebagai
seorang muslim harusnya kita memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya
kepada ilmuan kedokteran islam yang telah memberikan sumbangsinya dalam dunia
medis. Hal ini tidak lepas dari peranan Al-Quran sebagai kitab suci umat islam
yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi ilmuan islam dalam menkaji serta
menganalisis hal-hal yang berbau medis. Yang mesti diwaspadai
oleh umat manusia khususnya bagi umat islam yaitu telah digunakannya produk obat-obatan
yang mungkin berbahan dasar dari hewan yang diharamkan oleh Allah SWT. Hal ini
harus menjadi pokok perhatian kita sebagai umat islam yang harusnya sangat peka
terhadap kasus yang menyangkut hal seperti ini.
KEDOKTERAN ISLAM DAN KEDOKTERAN MODERN