Oleh: Ardiannur Ar Royya
Penggiat Diskusi di CIIA (The
Community Of Ideological Islamic Analyst)
Kebenaran
Valentine
Setelah Pesta Tahun Baru ditiap awal tahun, kini masyarakat pun sibuk dengan
‘pesta’ berikutnya. Bulan Februari yang dikenal sebagai sebuah bulan yang penuh
kasih sayang dan cinta, masyarakat dunia pun tentu tidak ada yang tidak tahu
bahwa setiap tanggal 14 Februari akan ada sebuah perayaan besar bernama Valentine
Day’s.
Perayaan ini dahulunya adalah salah satu hari raya bangsa Romawi yang
menganut paganisme (menyembah berhala) semenjak lebih dari 17 abad yang lalu.
Perayaan valentine tersebut dimaksudkan oleh mereka sebagai sebuah pengungkapan
dan pembuktian cinta kepada sesembahan mereka.
Para ahli sejarah mengatakan bahwa dasar dan sejarah dari asal muasal hari
kasih sayang ini kebanyakan memiliki latar belakang yang tidak jelas sama
sekali. Memang dari beberapa sejarah yang menjadi dasar akan adanya hari kasih
sayang ini memiliki beberapa kesamaan terutama dari nama tokoh sejarah yang
sama, namun dari segi alur cerita, waktu dan tempat terjadinya ternyata
terdapat banyak sekali versi. Masalah ini timbul karena budaya hari kasih
sayang ini hanyalah sebuah budaya yang diturun temurunkan oleh Bangsa Romawi
kepada keturunan mereka berikutnya termasuk kepada kaum nasrani pewaris mereka.
Di sisi lain, ada pula para ahli sejarah yang mencoba mengurutkan sejarahnya.
Mereka mengatakan bahwa budaya ini telah ada semenjak abad ke-4 SM. Pada
awalnya bukanlah bernama Hari Valentine atau Hari Kasih Sayang, dan tanggalnya
pun bukan tanggal 14 Februari. Dikatakan bahwa cikal bakal budaya tersebut ada
pada budaya perayaan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Februari. Perayaan
tersebut ditujukan untuk menghormati Dewa Lupercus (dewa kesuburan yang
dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing), acara ini
dilakukan dengan mengadakan sebuah upacara dan di dalamnya diselingi dengan
sebuah sesi untuk mengambil undian dengan tujuan untuk mencari pasangan. Para
gadis atau wanita yang tidak punya pasangan akan menuliskan namanya dalam
sebuah kertas kemudian memasukkannya ke dalam sebuah tempat untuk mengundi.
Berikutnya para lelaki akan menarik gulungan kertas yang ada secara acak yang
berisikan nama para wanita tadi. Kemudian mereka menikah untuk periode satu
tahun hingga upacara tahun depannya lagi dan sesudah itu mereka bisa ditinggalkan
begitu saja. Dan kalau sudah tidak memiliki pasangan lagi, para wanita tadi pun
akan melakukan hal yang sama kembali dan seterusnya.
Sementara itu, diceritakan pula bahwa pada 14 Februari 269 M telah meninggal
seorang pendeta kristen sekaligus seorang dokter (tabib) dan dikenal dengan
nama Valentine. Pada saat itu ia hidup di masa Kaisar Claudius yang dikenal
luas sebagai seorang kaisar yang kejam., dan ia sangat membenci kaisar
tersebut.
Kaisar Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar dan kuat, karena
itulah ia menginginkan semua pria yang ada di wilayah kerajaannya bergabung di
dalamnya dan menjadi pasukannya. Sayangnya, banyak orang yang menentang
keinginannya ini. Hal ini disebabkan karena para pria tidak ingin meninggalkan
keluarga dan kekasih hatinya. Tentu saja hal ini membuat Kaisar Claudius marah
dan ia pun memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide yang sangat
gila.
Kaisar Claudius berpikir jika para pria tidak menikah maka mereka tidak akan
memiliki alasan lagi untuk tidak bergabung menjadi pasukan kerajaannya. Lalu
Kaisar Claudius pun melarang adanya pernikahan di kerajaannya. Masyarakat di
dalam kerajaannya menganggap bahwa ide ini sangat tidak masuk akal, terutama
para pasangan muda. Karenanya St. Valentine pun menolak ide gila Kaisar
Claudius ini.
St. Valentine pun tetap melaksanakan aktivitasnya untuk menikahkan para
pasangan yang tengah jatuh cinta meskipun secara rahasia sebagai seorang
pendeta. Lama kelamaan aksi ini akhirnya diketahui oleh Kaisar Claudius dan
kontan kaisar pun langsung marah. Awalnya ia hanya memberikan peringatan kepada
St. Valentine namun tidak pernah digubris dan St. Valentine tetap memberkati
pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Hingga pada suatu malam, ia tertangkap basah ketika memberkati salah satu
pasangan. Pasangan tersebut berhasil melarikan diri, namun sayang St. Valentine
tidak berhasil melarikan diri dan akhirnya ia pun dijebloskan ke dalam penjara.
Keesokan harinya ia divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya.
Kematian St. Valentine ini bertepatan dengan tanggal 14 Februari. Kisahnya pun
menyebar dan meluas ke seluruh Roma hingga tak ada seorang pun yang tak
mengetahui cerita ini. Kakek dan nenek mewariskan cerita ini ke anak cucunya
dan seterusnya.
Pada tahun 494 M, Paus Gelasius I mengubah upacara Lupercaria yang sebelumnya
dilaksanakan setiap 15 Februari menjadi perayaan resmi oleh gereja. Beberapa
tahun kemudian, tanggal perayaan diganti menjadi 14 Februari yang bertepatan
dengan tanggal matinya Santo Valentine sebagai bentuk penghormatan bahkan
pengkultusan (pengagungan) pada dirinya. Dengan demikian perayaan Lupercaria
sudah tidak ada lagi dan diganti dengan “Valentine Days”
Sesuai perkembangannya, Hari Kasih Sayang atau Valentine Day’s ini pun menjadi
semacam rutinitas atau budaya ritual bagi kaum gereja. Agar tidak terlihat
formal, maka perayaan ini dibungkus dengan saling memberi hadiah dan hiburan-hiburan.
Free Sex on Valentine
Jika kita mengartikan valentine sebatas pada berbagi hadiah, coklat,
mengucapkan rasa kasih sayang maka sesungguhnya kita telah keliru. V-Day tidak
hanya berhubungan dengan hal-hal tersebut, akan tetapi juga identik dengan
kondom dan seks bebas. Berdasarkan pantauan dari beberapa daerah, permintaan
kondom menjelang valentine meningkat pesat. Di Kota Medan misalnya, berdasarkan
pantauan dari wartawan Antara, ternyata ditemukan fakta bahwa penjualan kondom di
apotek meningkat pesat. Parahnya, fenomena ini terjadi merata hampir di semua
daerah.
Pada dasarnya fenomena ini tidaklah aneh. Fakta lain pernah disampaikan oleh
dr. Andik Wijaya, M. Rep.Med, seorang seksolog dari Surabaya. “Sekarang
V-Day nuansanya cenderung romantis dan erotis” tuturnya. Tentu ini bukan
omong kosong, salah satu faktor yang mengsukseskan erotisme saat perayaan
Valentine adalah makanan khas V-Day berupa coklat. Menurut dr. Andik, coklat
mengandung zat yang disebut Phenyletilamine atau zat yang bisa
membangkitkan gairah seksual.
Budaya Valentine memang telah bertranformasi menjadi berbagai macam budaya yang
ada. Di Inggris, pada 14 Februari malah dicanangkan sebagai Hari Impoten
Nasional dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap ancaman
impotensi 2 juta pria inggris. Bahkan di AS lebih parah lagi, 14 Februari
dijadikan sebagai Pekan Kondom Nasional yang dimaksudkan sebagai kampanye
nasional penggunaan kondom, karena setiap perayaan V-Day selalu diikuti dengan
peningkatan kasus HIV/AIDS. Padahal tingkat kegagalan kondom mencapai 33,3
persen, sehingga bisa dikatakan bahwa kondom tidak bisa mencegah secara penuh
penularan penyakit mematikan ini.
Bagaimana dengan di Indonesia? 14 Februari memang tidak hanya menjadi satu
momen untuk menyatakan cinta dari para pasangan muda namun juga telah jauh
terjerumus pada sebuah perayaan maksiat yang sedemikian luar biasa besar.
Perilaku seks bebas yang meningkat ketika Hari Kasih Sayang ini bukanlah sebuah
isapan jempolan belaka, namun memang benar adanya. Kita bisa melihat di
minimarket-minimarket di kota-kota besa, di sana bisa kita temukan ketika
mendekati Hari Kasih Sayang ini berbagai macam produk makanan yang dijual
bersamaan dengan kondom, seperti coklat misalnya. Ini adalah indikasi besar
bahwa memang pada tanggal 14 Februari ini akan terjadi aktivitas free seks
secara besar-besaran, dan untuk memfasilitasi hal tersebut maka dijualah
berbagai macama produk makanan berhadiah kondom.
Seks bebas memang sudah menjadi semacam kebudayaan di kota-kota besar. Terbukti
1,3 juta Anak Baru Gede (ABG) di Jakarta pernah melakukan hubungan intim.
Bahkan riset yang dilakukan oleh Universitas Indonesia menunjukkan bahwa 650
ribu perempuan remaja sudah kehilangan keperawanannya. Dengan kata lain banyak
dari mereka yang telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Kepala BKKBN, Dr.
Sugiri Syarief dalam acara “Workshop Generasi Berencana dan Berkarakter”
menyampaikan bahwa 50% dari total ABG yang berusia 15-17 pernah melakukan seks
bebas. (nyatanyatafakta.info)
Sebenarnya, momen V-Day ini dijadikan sebagai sebuah alasan dan pembenaran
untuk melakukan aktivitas di atas. Free Sex on Valentine? It’s real!
Lagi, budaya latah Muslim Indonesia!
Natal 25 Desember dirayakan, tahun baru 01 Januari pun dirayakan, sekarang
V-Day 14 Februari pun dirayakan. Lalu agama apa yang dianut?
Jika ada yang mengatakan bahwa Indonesia tidak punya identitas yang jelas,
sepertinya hal tersebut bisa dan sangat mungkin terjadi. Indonesia yang
mayoritas muslim beragama Islam, namun justru aktivitas-aktivitas mereka jauh
dengan apa dan bagaimana seharusnya seorang muslim. Perayaan-perayaan yang
dilakukan pun jauh dari apa yang telah diperintahkan dan digariskan oleh Islam.
Kita melihat fakta ketika bulan Desember lalu, mayoritas kaum muslim di tanah
air pun seolah-olah menanggalkan identitas mereka kemudian berpindah agama
sesaat untuk merayakan hari raya yang tidak pernah ada di dalam Islam, hari
natal. Padahal natal adalah persoalan aqidah yang dosanya akan sangat
memberatkan bagi kaum muslim yang mengaku beragama Islam melakukannya, bahkan
bisa jadi jatuh ke dalam kekafiran.
Kemudian pada bulan Januari, kaum muslim pun sibuk merayakan tahun baru yang
notabene perayaan tersebut sama sekali tidak ada di dalam Islam. Kaum muslim
bersedia menghabiskan waktunya, mengeluarkan uang mereka, pergi bersama
teman-teman mereka hanya untuk merayakan sebuah perayaan yang sebenarnya
merupakan perayaan orang-orang jahiliah.
Dan kini pada Bulan Februari, mayoritas kaum muslim Indonesia pun bersiap untuk
menyambut dan merayakan sebuah perayaan yang sebenarnya sama sekali bukan
berasal dari Islam, V-Day. Mayoritas kaum muslim jauh-jauh hari sudah menyusun
rencana apa yang akan mereka lakukan dan acara apa yang akan mereka adakan atau
hadiri bersama dengan pasangan mereka. Seolah sepaket dengan hal ini, di
kota-kota besar pun berbagai macam suasana dibuat untuk menyambut datangnya
V-Day, baik berupa penjualan coklat yang semakin marak sebagai tanda hari
V-Day, atau dekorasi toko-toko, mall-mall, yang dibuat sesuai dengan tema
V-Day, atau bahkan penjualan kondom yang semakin banyak dan meluas.
Seolah-olah memang benar bahwa Indonesia tidak punya identitas, meniru budaya
barat dengan tujuan agar bisa maju dan berkembang seperti dunia barat. Padahal
hal tersebut sama sekali tidak berhubungan. Bukti sederhana bahwa Indonesia
adalah negara pembebek barat dan hampir kehilangan identitasnya.
Muslim : Say No to Valentine!
Setidaknya ada beberapa alasan mengapa budaya valentine wajib kita tolak.
Selain karena efek negatif nya yang luar biasa besar juga yang lebih penting
adalah karena budaya ini dilarang di dalam Islam. Dan bagi mereka yang beragama
Islam maka budaya ini bersifat haram untuk dilakukan.
Pertama, kita ketahui bahwa valentine berasal dari aqidah paganis (penyembah
berhala) kaum romawi yang dilakukan untuk mengungkapkan rasa cinta mereka
kepada berhala yang mereka agungkan selain Allah SWT. Artinya barang siapa
yang merayakan V-Day maka juga merayakan momen tersebut. Padahal Allah telah
berfirman :
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan
tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang
penolongpun.” (QS. Al-Maidah : 72)
Karena itulah seorang muslim wajib berhati-hati
kepada sesuatu yang syirik ataupun aktivitas yang menghantarkan kepada
kesyirikan seperti V-Day ini. Tentunya sudah diperingatkan secara tegas oleh
Allah dan RasulNya tentang balasan bagi orang yang berbuat syirik, dan
sesungguhnya siksa Allah sangatlah pedih dan Allah tidak pernah ingkar janji.
Kedua, bagi kaum muslim, hari raya yang mereka miliki hanyalah dua yakni
Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Disitulah kaum muslim
memiliki serangkaian aktivitas ibadah, dan ritual sesuai dengan yang telah
digariskan oleh Islam. Tentu tidak ada dalam ajaran Islam hari raya selain
kedua hal tadi, maka begitu juga V-Day. Ia sama sekali tidak berhubungan dengan
kaum muslimin dan tidak pantas untuk dirayakan kecuali memang ada tuntunan dari
Rasulullah bahwa ada keharusan untuk melaksanakan dan merayakan V-Day. Ada
suatu kaidah fiqh yang ma’ruf dikalangan para ulama besar : “Hukum asal
ibadah adalah haram (sampai adanya dalil).” Artinya segala macam aktivitas
ritual di dalam Islam seperti shalat, zakat, puasa, dan lain sebagainya adalah
haram awalnya hingga dalil memerintahkannya. Sedangkan V-Day sampai sekarang
tidak pernah kita temukan dalil dan korelasi aktivitasnya dengan ibadah yang
harus dilakukan oleh seorang muslim. Karena itu haram hukumnya untuk melakukan
perayaan V-Day.
Ketiga, para ahli sejarah banyak yang memperselisihkan akan dasar awal mula
peringatan V-Day ini. Bahkan keterkaitan St. Valentine pun diperselisihkan,
termasuk sebab dan kisahnya. Ada pula yang menganggapnya tidak pernah terjadi,
hal ini membuat kaum nasrani tidak mengakui perayaan paganis yang mereka tiru
dari bangsa Romawi paganis. Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini
karena menyebabkan timbulnya kerusakan akhlak pemuda dan pemudi akibat
aktivitas-aktivitas dalam perayaan V-Day ini. Hingga kemudian dilaranglah
perayaannya di Italia, pusat Katholik. Lalu kemudian perayaan ini muncul
kembali dan tersebar di Eropa, berlanjut menular pada negeri-negeri kaum
muslimin. Bila para pemuka Nasrani –pada masa mereka- saja telah mengingkari
adanya budaya perayaan V-Day ini, maka tentu para ulama kaum muslimin dan para
cendekiawannya wajib menerangkan hakikatnya dan hukum merayakannya kepada kaum
muslimin secara luas. Sebagaimana wajib bagi kaum muslimin untuk mengingkari
dan mengharamkan serta tidak menerima budaya jahiliah ini.
Keempat, sesungguhnya V-Day atau Hari Kasih Sayang adalah sebuah kedok untuk
legalnya aktivitas free seks dan aktivitas-aktivitas maksiat lainnya.
Sebelumnya telah disampaikan bagaimana momen ini dijadikan sebagai sebuah
pembenaran atas nama cinta untuk melakukan aktivitas zina dan free seks. Di
sisi lain, budaya ini juga adalah sebuah budaya rusak yang bertujuan untuk
menghancurkan generasi pemuda kaum muslim hingga mereka menjadi tukang pesta
dan ahli maksiat sehingga perubahan-perubahan besar yang seharusnya bisa mereka
bawa demi membangkitkat umat tidak akan pernah terjadi. Padahal Allah berfirman
:
“Dan janganlaah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al Isra : 32)
Inilah beberapa alasan mengapa sebagai seorang muslim wajib menolak perayaan
V-Day. Tentunya selain karena tidak adanya ajaran di dalam Islam mengenai
perayaan hari ini, dan sikap yang tegas dari hukum Islam yang mengharamkan hal
ini sebagai alasan utama. Juga alasan lain berupa fakta kerusakan yang
ditimbulkan dari dilaksanakannya Valentine ini. Merebaknya free seks, zina,
HIV/AIDS, dan kerusakan-kerusakan lainnya.
V-Day sesungguhnya bukanlah hari pembuktian cinta, atau hari kasih sayang
karena justru pada hari ini lah kebanyakan manusia yang mengatakan mereka
melakukan aktivitas seperti free seks, zina, dan lainnya atas nama cinta,
sedang menodai arti cinta itu sendiri. Bagaimana mungkin cinta diartikan hanya
sebuah pemuasan nafsu belaka? Pemenuhan kebutuhan biologis saja? Dan bagaimana
mungkin atas nama cinta semuanya boleh dan legal untuk dilakukan.
Sesungguhnya Islam lah yang mampu menempatkan perasaan cinta pada manusia di
tempat yang seharusnya. Islam tidak mengekang apalagi membunuh fitrah manusia
untuk mencintai ini, namun juga tidak membiarkannya hingga menjadi tak terbatas
dan menggila. Islam mengaturnya dengan sangat baik, menempatkannya di tempat
yang seharusnya, dan menjaganya dengan sangat luar biasa. Hingga sesungguhnya
cinta itu benar-benar indah, baik, dan juga membahagiakan. Cinta yang menjadi
pewarna yang begitu baik di dunia, bukan justru yang seringkali menimbulkan
kerusakan dan kemaksiatan yang luar biasa besar. Itulah cinta kepada Allah dan
RasulNya, mencinta atas dasar aqidah Islam dan keimanan yang kuat.
Jika kita ingin membuktikan cinta kita maka buktikanlah dengan cara-cara yang
telah ditetapkan oleh Islam. Dan sesungguhnya bukti cinta paling besar dan
berharga adalah dengan taat kepada aturan Allah dalam setiap lini kehidupan,
tidak kurang sedikitpun. Jika saat ini hukum Allah sedang ditanggalkan dan
dicampakkan, maka menjadi sebuah kewajiban bagi kaum muslim untuk
mengembalikannya di tempat seharusnya, yakni sebagai pengatur tunggal dalam
kehidupan manusia. Itulah perjuangan untuk menerapkan syariat Allah dan
menegakkan Khilafah Islamiyah sebagai pelindung dan pelaksana hukum-hukum
Allah. Wallahu a’lam bi ash shawab.
Pembuktian Cinta yang Konyol: Valentine Day