Selasa, Februari 12, 2013

Membumikan Perbedaan Sebagai Rahmat Tuhan

Oleh: Muhammad Natsir Bin Al-walid (Analis ICS)
Sejarah telah menuntut umat manusia untuk menata dan memahami secara universal dalam menafsirkan ayat-ayat al-quran sebagai petunjuk bagi umat manusia di dalam kehidupan ini dengan terbuka dan jujur agar tidak terjadi sikap fatisme dalam melakukan transformasi islam sebagai ajaran kebenaran yang dibawa oleh rasul sebagai manusia pilihan tuhan di bumi ini. Di dalam firman tuhan bahwa Nabi Muhammad adalah sebagai petunjuk bagi setiap umat manusia, yang tentunya tidak pernah mudah untuk mengklaim manusia lain sebagai penyimpang kebenaran tuhan tampa ada landasan teoligis yang terperinci maupun yang secara tidak terperinci.
Menurut hemat penulis bahwa dalam melakukan penafsiran terhadap ayat-ayat al-quran baik yang terperinci (muhkam) maupun yang tak terperinci (mutashabihat) agar tidak terjadi sikap pengklaiman (fanatisme) terhadap kebenaran yang di miliki oleh kelompok ormas islam lain maka di perlukan sebagai berikut: 
1.    Menafsirkan ayat-ayat al-quran dengan cara terbuka dan jujur bersama kelompok ormas islam lain.
2.     Melakukan dialok terbuka bersama ormas islam lain dari hasil penafsiran (ijtihad) tersebut.
3.    Melakukan kerja sama dalam transformasi hasil dari ijtihat tersebut agar tidak terjadi karancau dalam menyampaikan.

Apapun bentuk perbedaan dalam memahami islam yang di bawa oleh nabi Muhammad maka tidak perlu untuk membesar besarkan semasih itu bukan pada wilaaha pokok, misalnya antara perbedaan syiah, dengan suni mengutip penyataan, Cendikiawan Muslim, Azyumardi Azra, beliau memandang bahwa problem Syiah di Indonesia tidak perlu di besar-besarkan. 
Menurut penulis membesarkan masalah perbedaan yang bukan masalah mendasar dalam islam maka akan menimbulkan permusuhan dan kericuhan di dalam umat islam itu sendiri.
Misalnya pendapatnya ulama kontemporer tentang masalah kesabaran dalam mengahadapi perbedaan Abul A'la Al-Maududi, Abul Hasan An-Nadawi dan Sayyid Qutub, telah berijtihad dalam kebaikan, mengajak kepada kebaikan, bersabar dalam menghadapi kesulitan, karena memperjuangkan kebaikan tersebut. Wallahu a’lam.


0 komentar: