Berdakwahlah! karena dengan berdakwah anda menjadi mulia. |
Dakwah adalah jalan kemuliaan, mengajak kita melintasi waktu yang telah
ada, berjalan melintasi gurun, bukit dan pegunungan, menyebrangi sungai dan
mengarungi lautan. Perubahan itu sangat cepat, siang begitu cepat mengejar
malam. Malam pun demikian, cepat mengejar siang. Kadang membuat kita sadar
bahwa waktu yang dilewati telah berlalu. Kadang menjadi sulit bagi kita untuk
menentukan sikap dan keputusan kala perubahan cepat itu terjadi. Apalagi
tantangan yang menghadang di depan mata kita tidak lah semakin ringan.
Itulah
jalan yang akan dilalui yaitu jalan perubahan membentuk sejarah baru yang lebih
baik. Tetapi, ketahuilah seluruh pengorbanan itu Allah SWT akan balas dengan
hadiah yang terbaik yaitu Surga-Nya.
Pengemban dakwah di samping mendapatkan kemuliaan dan keridhoan dari
Allah SWT, pengemban dakwah juga merasakan banyak kenikmatan yang indah. Kenikmatan
itu dirasakan takkala menjalani aktivitas dakwah dengan ikhlas dan penuh harap
atas rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Itulah jalan dakwah ini.
Jalan dakwah ini senikmat yang dirasakan oleh Abu Bakar Siddik ra dalam
keberaniannya. Lelaki yang lembut lagi bijaksana, tetapi ia adalah yang paling
berani di antara para sahabat. Juga senikmat yang dirasakan leh Umar bin
Khattab ra, Utsman bin Affan ra, dan Ali bin Abi Tholib ra, mereka adalah
sahabat yang begitu tangguh, lembut dan sangat amanah menjalankan perintah
agama. Jalan dakwah ini senikmat yang
dirasakan Abu Dujana ra yang berdiri di depan Nabi SAW dengan punggung kearah
musuh demi melindungi orang yang dicintainya tersebu, meski panah-panah musuh
mengguncangnya.
Jalan dakwah ini senikmat dirasakan Mush’ab bin Umair ra, ksatria yang
gagah dibandingkan remaja pada umumnya. Meski darah bercucuran membasahi
tubuhnya dan kedua tangannya terputus oleh amukan pedang musuh. Jalan dakwah
ini senikmat yang dirasakan Abu Hurairah ra saat-saat kelaparan menghampiri
dengan dasyatnya. Abu Hurairah sering mengalami kelaparan selama beberapa hari.
Kadang-kadang kelaparan yang dihadapinya begitu dasyat hingga jatuh pingsan.
Orang-orang yang melihat keadaannya menyangka ia terkena penyakit sawan.
Jalan dakwah ini senikmat yang dirasakan para srikandi muslimah yang
datang ke medang perang di akhir peperangan. Mereka membawa kantong air untuk
member minum tentara yang terluka. Di antara mereka ada Aisyah, Ummu Salim,
Ummu Salith dan Ummu Aiman. Mereka begitu menikmati, meski bahaya dan maut
selalu mengintai.
Jalan dakwah ini senikmat yang dirasakan Ibnu Taimiyah tatkala pindah
kerja di ruang yang sempit, pengap lagi gelap yakni di dalam penjara Damaskus.
Ia menikmatinya hingga banyak karya yang lahir dalam dekapan bui. Dakwah ini
senikmat yang dirasakkan Imam Nabhani yang pernah dipenjara karena dakwah dan
perjuangannya, banyak karya yang ia hasilkan untuk melanjutkan perjuangan
membangun peradaban baru, peradaban islam yang kedua kali, yaitu khilafah ala
minhajin nubuwah.
Mereka merasakan kenikmatan meski sebagian orang melihatnya dengan
sebelah mata. Mungkin bagi orang seperti ini pengorbanan para pejuang dakwah
tidak lebih dari pekerjaan sia-sia. Karena para pejuang dakwah memang harus
siap disiksa dan diasingkan dari dunia ini. Namun, dalam benak para aktivis,
yang mereka rasakan justru kenikmatan yang abadi, yang tidak semua orang bisa
meraihnya meski peluang itu selalu terbuka. Sayangnya, masih sangat jauh
perbedaan jumlah mereka yang ada di jalan kebenaran dan yang membela kebatilan.
Menjalani dakwah ini harus dengan azzam
(tekat) yang utuh, kokoh dan menyeluruh. Meski rasulullah SAW dan pasukannya
menderita kekalahan pada perang Uhud, merasakan keletihan, menyisakan kesakitan
dan kesedihan. Tetapi, mereka punya iman, semangat dan mental yang kuat seperti
baja bahkan lebih kuat dari itu. Dengan semangat dan mental yang tidak mengenal
kata menyerah, bahkan dengan itu tekat mereka semakin kuat. Sebab dibalik tekat
yang kuat akan mampu mengubah kesedihan menjadi kesenangan, mengubah jauh
menjadi dekat, mengubah ketikan menjadi kekuatan, bahkan mampu mengubah mimpi
menjadi suatu kenyataan.
Kehidupan dalam jalan dakwah menginspirasikan totalitas dalam
menjalankan dakwah dan totalitas tekat yang akan menopang kesuksesan dakwah.
Ketahuilah dakwah ini membutuhkan tekat yang utuh, kokoh dan menyeluruh. Tekat itu yang meliputi
keseluruhan yang dibutuhkan dalam dakwah ini. Tekat yang meliputi ilmu, amal,
dakwah, jihad, imam, yakin, sabar, ridho, kesalehan pribadi dan kesalehan
social. Dakwah juga butuh kesungguhan. Kesungguhan mengubah ujian menjadi
kesempatan terbaik bagi kita untuk menjadi garda terdepan dalam kebangkitan
islam. Hati yang penuh dengan kesungguhan itulah yang akan mengubah
keterbatasan menjadi momen perubahan besar dunia dalam penegakan syariat islam
kaffah di muka bumi.
Dengan dakwah yang dilakukan ini, maka para pengemban dakwah akan mampu
mendobrak pintu kemenangan. Yakinlah musuh-musuh dakwah ini tidak akan
menimbulkan mudharat sedikitpun, tetapi kemenangan dan kekalahan semua ada
sebabnya. Kewajiban kita adalah meraih pintu sebab tersebut agar Allah SWT
memberikan kemenangan kepada kita. Sejarah telah membuktikan bahwa kemenangan
hanya diberikan kepada mereka yang layak dan mampu mendobrak sebab-sebab
kemenangan tersebut. Mereka adalah penolong agama Allah SWT, yang siapa
menyerahkan hidup matinya demi kemuliaan islam dan kaum muslimin (izzul islam wal muslimin).
“Hai orang-orang mukmin,
jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu” (QS. Muhammad [47] : 7)
Dakwah adalah seruan, mengajak manusia untuk menuju kebaikan,
menjalankan amanah Allah SWT yang telah diwajibkan kepada umat muslim yang mukalaf.
Tentunya, seruan yang selalu dilakukan oleh pengembang dakwah adalah dengan
ucapan dan juga dengan tulisan. Ucapan pengemban dakwah merupakan kalimat
hikmah yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Setiap ucapan pengemban
dakwah sejatinya mencerminkan perbuatannya, sebab ia akan menjadi figur yang
akan dicontohi dan ditauladani oleh objek seruan dakwah. Kata-katanya selalu
jujur, amanah dalam menjalankan dakwah, dan selalu berdo’a kepada Allah SWT
agar seluruh urusan akan dimudahkan oleh-Nya.
Pengemban dakwah menulis tulisan-tulisan yang berbobot, melakukan
analisis mendalam tentang fakta yang terjadi, kemudian mencari rumusan seperti apa
yang akan menjadi solusi bagi setiap persoalan yang dilakukan oleh masyarakat. Tulisan
itu menjadi kritikan tajam bagi para pengkhinat agama, orang-orang yang phobia terhadap islam, orang-orang yang
memusuhi islam, agar mereka sadar dan paham, terima dan ridho terhadap
keputusan dari Allah SWT demi kebaikan manusia. Hanya saja harus dipahami bahwa
tulisan itu bisa dilakukan apabila seruan dakwah jauh dari posisi dan tempat para
pengemban dakwah. Sehingga, yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan
tulisan.
Rasulullah SAW pernah mengirim surat kepada raja Yaman, raja Bahrain,
raja Mukauqis Mesir, raja Heraklius Romawi, raja Najasi, dan raja Kisrah Persia
mengajak mereka untuk masuk ke dalam islam. Jika mereka tidak masuk ke dalam
islam maka dosa seluruh rakyatnya akan mereka tanggung, kemudian mereka semua
akan dimasukan dalam neraka. Seruan rasulullah SAW tersebut ada yang menerima
dengan baik, ada yang masih mempertimbangkan, bahkan ada yang menolak dengan
tegas dan surat rasulullah SAW dirobek.
Yang menerima seruan rasulullah SAW dengan baik adalah raja Yaman, raja
Bahrain, raja Mukauqis Mesir, dan raja
Najasi. Penerimaan mereka ditunjukan oleh masuk islamnya mereka bersama
rakyatnya. Raja Mukauqis mengirim hadiah kepada rasulullah SAW tanda mereka
menerima islam dengan baik. Kemudian, yang masih mempertimbangkan untuk masuk
islam adalah raja Romawi, ia masih ragu apakah betul bahwa Muhammad SAW itu
adalah rasulullah (utusan Allah SWT) yang terakhir. Tetapi ia tidak perduli
dengan seruan ini, ia juga tidak berpikir untuk menyerang Muhammad SAW, juga
tidak menyatakan apa-apa dan raja Heraklius memilih sikap abstain.
Yang menolak dengan tegas ajakan rasulullah SAW dan merobek surat
rasulullah SAW sebagaimana sikap yang ditunjukan oleh raja Kisrah Persia. Ketika
kabar tentang ucapan Kisra dan kasarnya terhadap surat itu, sampailah kepada
Nabi SAW, beliau bersabda “semoga Allah
merobek-robek kerajaannya!”. Do’a rasulullah tersebut dikabulkan oleh Allah
SWT, kerajaan Kisrah dicabik-cabik oleh Allah SWT dengan pedangnya (saifullah) panglima Khalid bin Walid ra,
seorang jendral pada masa khalifah Umar bin Khattab ra.
Itulah jalan kemuliaan bagi para pengemban dakwah, meski yang terlihat
adalah tantangan, rintangan dan resiko perjuangan. Tetapi, dengan keyakinan
yang kokoh dan penuh kesabaran, menanti dan mengharapkan pertolongan-Nya maka Insya Allah, Allah SWT akan memenangkan
perjuangan ini. Sehingga, Allah SWT membalasnya dengan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat Allah SWT balas dengan surga-Nya. [] by: Didiharyono
Dakwah Jalan Kemulian