Oleh: Muhammad
Natsir Bin Al-Walid (Analisis wawasan ICS)
Betapa banyak
problematika yang terjadi di berbagai lini kehidupan di tanah air, mulai dari masalah yang terkecil sampai masalah yang terbesar
telah diselimuti oleh cengkraman politik materialistik yahudi, budaya hedonis, karena
di sebabkan oleh pengaruh globallisasi yang tak sejalan dengan nilai-nilai
nurani yang ada dalam diri manusia pada hakikatnya, menurutnya murtadha
matahari, bahwa manusia adalah makhluk yang paling tinggi dari sekian makhluk
yang di ciptakan oleh tuhan.
Ketinggian manusia
tersebut terletak pada potensi akal dan hati yang di berikan oleh tuhan untuk
memimpin bumi ini dengan cara yang seadilnya terhadap seluruh makhluk ciptaan
tuhan di alam jagat raya ini tampa ada istilah diskriminasi social, class
social sebagai mana yang dikritik oleh karl max seorang filosof yunani
kuno tersebut bahwa tidak ada class social, atau tingkatan-tingkatan class
social. Dimana dengan adanya tingkatan-tingkatan social tersebut akan terjadi
sikap yang tidak sesuai dengan prinsip kemanusiaan, dalam Islam di kenal dengan
konsep keadilan dimana konsep keadilan dalam islam menempatkan sesuatu pada
tempatnya yang sesuai dengan ukuran masing-masing berdasarkan hasil dari tindakan
social tersebut.
Manusia adalah makhluk
yang paling tinggi derajatnya dari makhluk lain, sebagai mana ketika tuhan
menawarkan amanah kepada bumi untuk memimpin bumi ini bumipun mengelakannya,
namun ketika tuhan mengamanahkan tanggung jawab itu kepada manusia maka manusia
siap untuk menerima amanah itu, sebagai mana yang dijelaskan di dalam al-qur’an
surat al-baqarah ayat 30, sebagai khalifah
filardh, memahami khalifah filardh, tentunya
bukan sesuatu hal yang sangat mudah untuk diterjemahkan dan dijewantahkan dalam
kehidupan. Dengan cara yang tidak
semestinya.
Hubungan manusia dengan negara adalah sesuatu yang sangat
perlu untuk diperhatikan bahkan wajib untuk diperhatikan, jika
tidak maka akan mendapatkan kemurkaan dari tuhannya. Neraga bertugas untuk
menata kehidupan rakyat secara adil dan komprehensif didalam setiap lini
kehidupan sebagaimana yang tertuang didalam sejarah perjuangan kerasulan, baik
dalam hal ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain, sebab ini merupakan
konsekuensi logis untuk dipertanggung jawabkan dihadapan tuhan di hari akhirat. Tanggung jawab negara jika itu
diabaikan maka akan terjadi Sebagai mana yang dikatakan oleh, Abdul Halim Sani
dalam bukunya, Manifesto Gerakan
Intelektual Profetik bahwa manusia yang tak menyadari keberadaannya serta sistem
tak adil merupakan hal yang mengakibatkan berbagai ketimpangan. Dalam realita
dunia sekarang masalah yang besar adalah dehumanisasi, dimana dehumanisasi ini
adalah di sebabkan oleh oleh tangan penguasa yang selalu berprinsip
materialistik yahudi dalam menata masa depan bangsa.
Negara manusia adalah negara yang selalu
memahami eksistensinya sebagai Negara. Dalam hal ini kaitan dengan negara maka manusialah
yang punya hak dan otoritas dalam mengurus segala persoalan yang terjadi
disekitar kehidupannya, entahkah itu persoalan yang material maupun yang non
material untuk diberikan secara adil oleh negara sebagai pihak penanggung jawabnya
atas segala persoalan tersebut. Negara juga
merupakan solusi dari setiap permasalah yang di alami oleh rakyatnya secara
proporsional, agar negara tidak menjadi objek alam semesta dalam merospon
persoalan rakyatnya.
Dalam hal ini negara (manusia),
sebagaimana yang dikatakan oleh Halim Sani, bahwa ada dua kemungkinan manusia
akan menjadi objek alam semesta ataukah alam semesta akan menjadi objek
manusia, ketika manusia menjadiakan eksistensinya sebagai objek dari alam
semesta, maka manusia tersebut telah kafir terhadap potensi yang diberikan oleh
tuhannya, jika sebaliknya maka sesungguhnya manusia telah berada dijalan yang
lurus (petunjuk tuhan) yang diridoi oleh Allah. Negara harus mampu memposikan tugas sebagai
penanggung jawab atas setiap permasalahan yang terjadi disetiap lini kehidupan
rakyat, sebagai mana yang menjadi prinsip argumentasi partai politik bahwa suara rakyat merupakan suatu keharusan yang perlu didengar selama
selama tidak bertenatang denga teks-teks ilahi
sebagai landasan teologis dalam mengaktualisasikan semangat kesejahteraan terhadap empiris
kehidupan secara menyeluruh dan adil yang saat ini jauh dari kesejahtraan.
Agar Negara tidak
sebagai mana yang dikatakan oleh pepatah Prancis dalam bukunya Amin Rais yang berjudul Selamatkan Indonesia:
Bahwa Sejarah
Berulang Kembali. Pepatah Prancis tersebut
memberikan dokrin semangat dalam menata masa depan bangsa yang
sejahtera didalam berbagai deminsi kehidupan,
Negara manusia juga Negara yang selalu memberikan peluang kesejahteraan
terhadap manusia sebagaimana layaknya Negara dalam mengatasi permasalahan rakyatnya,
tidak seperti Negara yang dimaksudkan oleh seorang tokoh gerakan kontemporer
yaitu Sayid
Qutb
yang mengatakan bahwa negara ada dua macam Negara Jahiliyah dan Negara Islam, Negara Jahiliyah yang
dimaksudkan oleh Qutb tersebut
adalah negara yang tidak selalu menjunjung tinggi nilai-nilai yang
terkandung didalam Al-Qur’an dan tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai
semangat dalam mengsejahterakan rakyatnya secara menyeluruh diberbagai lini
kehidupan serta Rassul tidak dijadikan sebagai panutan dan contoh tauladan. Pada hal
Allah berfirman
“sesungguh rassul di utus sebagai rahmat
bagi seluruh alam”. Dan
disisi lain juga Rasul disebutkan sebagai suritauladan
bagi manusia yang bertauhid.
Berbicara tauladan tentunya bukan hanya sekedar dalam ibadah
ritual individu saja melainkan mencakup secara menyeluruh.
Sedangkan Negara tuhan yang dimaksudkan oleh Sayid Qutb adalah negara yang menjadikan
Al-Qur’an sebagai wacana praksis dan
mengimplementasikan aturannya dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menjadikan historis kenabian sebagai
semangat dalam mengaktualisasikan kepentingan rakyatnya semata. Artinya bahwa apa yang ada dalam Al-qur’an dan Hadist
nabi harus diterima dan diimplementasikan oleh negera agara menjadi negara yang
baltun thoibatun wa rabbun ghafur, tidak
hanya berkata-kata mencontohi nabi sementara di lain pihak kita menolak apa
yang di sampaikan oleh kanjeng nabi. Oleh karena itu, agar termasuk
negara
yang memberi
rahmat bagi alam semesta maka tentu harus manjadikan Al-Qur’an sebagai kajian
politik kesejahteraan dan historis kenabian sebagai semangat dalam bertauladan.
Dalam hal agar
tercipta manusia (negara) dan alam yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur ke-Islaman
ini maka tidak terlepas dari kesadaran individu, kelompok, masyarakat, dan
bernegara dalam mengaktualisasikan konsepsi islam di tengah-tengah kehidupan
ini. Oleh karena itu, indonesia akan jadi negara yang
sejahtera ketika islam dijadikan sebagai payung hukum atau positif dalam
implementasinya.
Walahu’alam.
Hanya dengan Islam Indonesia Sejahtera.