Dr. Aafia Siddique, wanita kelahiran Karachi 2 Maret
1972 ini adalah anak dari Salay Siddiqui yang tak lain adalah ahli bedah saraf
(neurosurgeon) Inggris, dan ibunya
Ismet adalah seorang guru dan relawan, pernah juga menjadi anggota di parlemen. Dua kakanya juga adalah orang terpelajar, dimana kakaknya yang pertama adalah
seorang arsitek yang tinggal di Texas dan kakak keduanya, fowzia adalah seorang
nuerologist atau ahli saraf lulusan Harvard yang kini bekerja di Sinai Hospital
di Baltimore, dia juga pernah mengajar di John Hopkins University sebelum
akhirnya kembali ke Pakistan.
Dr. Aafia Siddiqui Ph.D, memiliki
144 gelar dan sertifikat kehormatan dalam bidang Neurologi dari lembaga yang
berbeda, satu-satunya ahli saraf di dunia yang memiliki gelar kehormatan Ph.D
dari Universitas Harvard, Hafiz-e-Qur’an, Aalima dan banyak lagi di bidangnya,
diculik bersama dengan 3 anaknya oleh agen intelijen AS dari Karachi dengan
keterlibatan dinas intelijen Pakistan.
Kini, dia berada di penjara AS,
telah kehilangan ingatan akibat penyiksaan fisik, psikologis dan seksual dan ia
dipenjarakan bersama tahanan laki-laki. Di bawah ini adalah sebuah artikel dari
seorang jurnalis Inggris, Yvonne Ridley. Ia mengatakan ia tidak tahu
mengapa Amerika menculik Aafia Siddiqui dan menahannya di penjara, membunuhnya
secara perlahan. Namun jawabannya bukanlah hal rahasia. Dia diculik dan
ditahan di penjara karena ia adalah seorang Muslim, memiliki pengetahuan ilmiah
yang penting
Dr. Aafia sendiri pada tahun 1990 memutuskan untuk
pindah ke Houston, Texas dengan visa study di University of Houston, di sana ia
tinggal bersama kakaknya. Selanjutnya setelah 3 semester lamanya, Aafia
mendapatkan beasiswa penuh dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di
kota yang sama dan diapun pindah ke perguruan tinggi tersebut. Aafia akhirnya
mendapat gelar B.S Biologi pada tahun 1995 dari MIT.
Sebuah catatan penting yang mengawali perjalanan
kasusnya adalah sejak dia kuliah di MIT, dimana dirinya juga aktif dalam sebuah
organisasi pemuda muslim di sana bernamakan MSA (moslem Students Association). Dalam perjalananya, ternyata MSA
“kebobolan” tokoh. Adalah Abdullah Azzam, seorang pentolan baru MSA yang
ternyata adalah kerabat Osama bin Laden. Dirinya berhasil mendoktrin pemikiran
para pemuda MSA termasuk Aafia saat itu. Dari sana, Azzam mendirikan Al Kifah
Refugee Center di Brooklyn, Newyork, yang disinyalir berfungsi sebagai pusat
rekruitmen keanggotaan dan pusat penggalangan dana untuk gerakan Al Qaeda dan
ekstrimis di Afghanistan.
Pada tahun 1995 Aafia menikah dengan seorang
anestesiologis dari Karachi, Amjad Mohammed Khan. Pernikahanya berlangsung via
telepon, dan tak lama setelah akad tersebut, Khan berpindah ke Amerika dan
bekerja sebagai anestesiologi di Bringham dan Women’s Hospital di dekat
Roxbury, Boston. Pada tahun 2001 Aafia berhasil meraih gelar Ph.D dengan
disertasinya “separating the component of imitation” profesor pembimbingnya
sangat kagum dengan apa yang dia tulis tersebut, dan tidak satupun menyangka
bahwa itu sangat berguna untuk kepentingan para militan.
Pasca kejadian 9/11, komisi PBB untuk penyidikan
tragedi tersebut mengumpulkan sejumlah dokumen-dokumen berharga terkait pelaku
dan sejumlah link penting gerakan terorisme. Dalam sebuah proses investigasi, nama
Aafia masuk sebagai tersangka perencanaan gerakan tersebut, dimana Dr. Aafia
diduga telah menjadi donatur gerakan terorisme atas tuduhan telah menggunakan
Feriel Shaheen, salah seorang anggota Al-Qaeda untuk membeli berlian seharga
19.000.000 dolar Amerika yang disinyalir untuk digunakan sebagai pendanaan
operasi kelompok ternama itu.
Pada bulan Mei tahun 2002, FBI menginterogasi Aafia
dan suaminya terkait pembelian mereka pada sejumlah barang-barang penting
kemiliteran, manual petunjuk penggunaan senjata berat, dan cara membuat C-4. pada bulan Agustus di tahun yang sama, Khan memutuskan
untuk bercerai dengan Aafia. Hal ini berdasarkan ketakutanya akan kecurigaan
intelijen atas keikutsertaan Aafia dalam gerakan militan. Kemudian pada tanggal
25 Desember 2002, Dr. Aafia pulang ke Pakistan meninggalkan Amerika dan kembali
lagi ke Amerika pada 2 Januari 2003. kepulanganya ini kemudian dicurigai dalam
rangka mengatur regulasi P.O box dimana dalam bukti yang ditemukan oleh FBI,
nama Dr. Aafia diketahui sebagai pemilik kedua P.O box milik Majid Khan,
tersangka pengeboman stasiun gas dan bahan bakar bawah tanah di Baltimore,
Washington. Belakangan, diketahui bahwa kunci P.O box ada pada Uzair Paracha,
seorang aktivis Al-Qaeda yang dikenakan hukuman 30 tahun penjara.
Tepatnya bulan Februari tahun 2003, Dr. Aafia menikah
lagi dengan Ammar Al-Baluchi, seorang yang diduga sebagai angota Al-Qaeda. Dia
juga adalah keponakan dari pemimpin Al-qaeda Khalid sheikh Mohammed. Informasi
tentang pernikahan ini sebenarnya tidak dibenarkan oleh pihak keluarga Aafia
sendiri, namun pihak intelijen Pakistan dan CIA mengkonfirmasi kebenaranya.
Selama itu juga diketahui bahwa pasangan tersebut bekerja sebagai pembuka P.O
box milik Majid Khan. Pada tahun yang sama, Khalid sheikh Mohammed ditangkap
oleh CIA, dan saat itu juga Aafia menghilang tidak diketahui keberadaanya
hingga 5 tahun. Dari proses interogasi, intelijen menggali info dari Khalid
bahwa Aafia berperan sebagai kurir operasional Al-Qaeda selama ini. Dan mulai
saat itu Aafia dimasukan dalam list most wanted person.
Dalam beberapa versi, ada yang mengatakan bahwa
menghilangnya Aafia adalah karena dirinya diculik oleh pihak intelijen
Pakistan, ada juga versi lain yang mengatakan bahwa ibu dari 3 anak ini
melarikan diri bersembunyi di Islamabad. Singkat kata,
pada bulan Juli 2008 dikabarkan bahwa Dr. Aafia tertangkap di Afghanistan, dan
bersamanya ditemukan sejumlah catatan penting terkait perakitan senjata
penghancur pesawat tak berawak milik Amerika yang seringkali digunakan untuk
serangan udara (drone attack). Dalam
masa interogasinya, Aafia tertembak dan luka berat. Pihak keamanan Amerika
menyatakan bahwa Dr. Aafia mencoba melakukan penembakan kepada staff
interogator setelah berhasil merampas senjata salah seorang dari mereka,
kemudian terjadilah baku tembak dengan petugas keamanan hingga dirinya terluka
parah. Setelah menjalani masa pengobatan, dirinya dilarikan ke pengadilan New
York untuk proses persidangan atas tuduhan percobaan pembunuhan. Aafia sendiri
membantah tuduhan tersebut, namun tidak diindahkan oleh pihak pengadilan.
Akhirnya atas tindakan itu Aafia Siddiqui dikenakan hukuman penjara 86 tahun,
sementara pengacaranya sendiri meminta keringanan 12 tahun karena Aafia
dianggap sakit jiwa namun hal itu ditolak. Dalam proses pengadilan, Dr. Aafia
sama sekali tidak diproses atas dasar keterlibatanya dalam jaringan Al-Qaeda
ataupun keikutsertaannya dalam perencanaan tragedi 9/11 bahkan dalam rangkaian
gerakan terorisme lainya.
Reaksipun bermunculan dari segala kalangan mengecam
tindakan unfair ini. Di Pakistan, sejumlah aktivis HAM bergabung bersama
Jamaat-e-Islam dan Shabab-e-Milli memulai protes besar-besaran di Sargoda.
Kemudian pada tanggal 17 Mei 2010, Pasban, salah satu partai politik Pakistan
menggelar aksi solidaritas dengan menutup jalanan serentak di 50 kota termasuk
Karachi. Pemimpin partai Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) Imran Khan, juga sempat menuntut
balik pihak otoritas Amerika dengan tuduhan penyiksaan, pemerkosaan, juga
pembunuhan atas 2 anak Aafia. Orang-orang Parlemenpun melakukan demo serupa di
depan kantor parlemen seraya mengadakan jumpa pers mengutuk keputusan
pengadilan. Sejumlah aktivis hukum, dalam forum asosiasi
pengacara untuk kebebasan Aafia, membuat surat pernyataan sikap dan mengajukan
petisi kepada pemerintah Pakistan untuk segera bertindak menolong Dr. Aafia.
Dalam pernyataanya, mereka menilai dari kacamata hukum internasional bahwa kasus ini rancu, karena banding yang diajukan atas keputusan dari tuduhan tak berbukti tersebut justru ditolak. Hal ini pun mengundang reaksi dari Asian Human Right Commission, dimana mereka mengirim surat permohonan langsung kepada Barrack Obama menuntut kebebasan untuk Aafia dalam jangka waktu cepat. Demikian juga International Justice Commission yang memantau langsung jalanya persidangan. Tak kalah pentingnya, organisasi HAM di Amerika bernama International Action Centre malah membuat pernyataan resmi di media-media AS mengutuk persidangan memalukan tersebut, serta membuat surat pernyataan sikap yang dikutip di situs mereka dan di koran-koran harian Amerika. Dan tak jarang pula kita temukan di sejumlah jejaring social seperti facebook dan twitter yang menuntun pembebasan Dr. Aafia Siddiqui.
Dalam pernyataanya, mereka menilai dari kacamata hukum internasional bahwa kasus ini rancu, karena banding yang diajukan atas keputusan dari tuduhan tak berbukti tersebut justru ditolak. Hal ini pun mengundang reaksi dari Asian Human Right Commission, dimana mereka mengirim surat permohonan langsung kepada Barrack Obama menuntut kebebasan untuk Aafia dalam jangka waktu cepat. Demikian juga International Justice Commission yang memantau langsung jalanya persidangan. Tak kalah pentingnya, organisasi HAM di Amerika bernama International Action Centre malah membuat pernyataan resmi di media-media AS mengutuk persidangan memalukan tersebut, serta membuat surat pernyataan sikap yang dikutip di situs mereka dan di koran-koran harian Amerika. Dan tak jarang pula kita temukan di sejumlah jejaring social seperti facebook dan twitter yang menuntun pembebasan Dr. Aafia Siddiqui.
Kejanggalan Kasus
Ada sejumlah kejanggalan dalam beberapa kejadian yang membuat bingung sejumlah
pihak hingga menganggap kasus ini fiktiv. Diantaranya adalah pasca penangkapan
Dr. Aafia di Afghanistan pada Juli 2008, pihak Amerika membuat pernyatan kepada
publik bahwa mereka tidak mengetahui keberadaan anak-anak Dr. Aafia. Namun
dalam surat kabar harian Pakistan, dan dalam pernyataan pemerintah Afghanistan
beberapa hari setelahnya, menyatakan bahwa seorang anak berusia 11 tahun juga
ikut ditangkap bersamanya, dan akan dipulangkan ke rumah orang tua Aafia.
Pada tanggal 14 Februari 2011, International
Justice Network (IJN) merilis sebuah laporan bahwa ada keterlibatan
langsung antara pihak agency Pakistan atas hilangnya Dr. Aafia sejak 2003
hingga 2008. dimana dalam pernyataanya mereka menyertakan sebuah rekaman dari
seorang inspektur polisi Provinsi Sindh yang menyatakan bahwa dirinya terlibat
dalam penculikan Aafia dan anak-anaknya di tahun 2003. Dari pernyataan dan
bukti mereka ini dapat disimpulkan sebuah kemungkinan bahwa Aafia diculik.
Sejak tahun 2003, FBI mengumumkan bahwa Dr. Aafia Siddiqui adalah wanted yang
dicari untuk proses introgasi atas keterlibatanya pada serangkaian gerakan
terorisme yang dituduhkan padanya. Namun, sejak tertangkapnya dia hingga masa
pengadilan berlangsung, tuduhan atas peranya dalam pergerakan Al-Qaeda dan
support gerakan terorisme sama sekali tidak dibahas, bahkan hukuman 86 tahun
penjara untuknya adalah atas dasar percboaan pembunuhan saja.
Beberapa tuduhan yang diajukan oleh sejumlah organisai hak asasi manusia dan
Pakistan Tehreek-e Insaf bahwa Aafia telah diculik sejak 2003, disiksa dan
diperkosa oleh otoritas AS serta penahanan ilegal terhadap ketiga anaknya yang
juga merupakan pengakuan Dr. Aafia sendiri, ditolak mentah-mentah oleh pengadilan
New York.
Amnesty Internasional yang memantau jalannya persidangan dalam hal ini
empat anggota parlemen Inggris melihat kejanggalan yang ada pada proses
pengadilan ini, hingga memandang kasus ini layak dihentikan. Yaitu, ketika tim
forensik tidak berhasil menemukan bukti kongkrit atas penembakan yang dilakukan
oleh Aafia kepada pihak kemanan AS. Persidangan ini dipandang melanggar
amandemen ke enam Konstitusi Amerika Serikat , serta kewajiban AS sebagai
anggota PBB. Mereka meminta agar Dr. Aafia dibebaskan karena kasus terkait
keterlibatanya dalam gerakan terorisme juga tidak diangkat. Namun lagi-lagi
pihak AS menolak petisi ini.
Poin terakhir yang cukup mengganjal bagi kalangan komunitas lawyer di Pakistan
dan mata internasional adalah, apakah mungkin sebuah hukuman bagi seorang yang
melakukan percobaan pembunuhan adalah hukuman penjara selama 86 tahun? Terlebih
tidak adanya bukti nyata yang mampu memperkuat, bahkan rekaman videopun tak
ada, dan kembali pada pemeriksaan tim forensik yang jelas mengatakan tidak
menemukan jejak apapun dalam tuduhan yang diajukan tersebut.
Dr Afia Siddique dan Kasus yang Menimpanya