HTI-Press. Ambon kembali membara, hingga saat ini diberitakan enam orang telah meninggal dunia. Jumlah korban kemungkinan akan bertambah. Konflik yang menurut versi polisi diawali dengan kecelakaan, dengan mudah menyulut kemarahan dan pertikaian. Kenapa hal ini kembali terjadi ? Berikut wawancara dengan Muhammad Ismail Yusanto (Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia).
Apa penyebab Ambon kembali membara?
Dari berita-berita yang ada, kerusuhan di Ambon dipicu oleh salah paham. Setelah meninggalnya seorang tukang ojek, lalu timbullah ketegangan antara kelompok Muslim dan kelompok Nasrani. Mereka menyangka bahwa tukang ojek ini dibunuh oleh pihak lain. Sedangkan menurut polisi ini adalah kecelakaan tunggal, karena menabrak pohon.
Kerusuhan semacam ini sering sekali terjadi. Mengapa warga Ambon mudah sekali bentrok?
Sesungguhnya telah terjadi ketegangan yang cukup panjang antara kelompok Muslim dan non Muslim di Ambon. Ini terjadi lantaran sangat dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi pada tahun 1999 di Ambon. Seperti kita ketahui, saat itu, ketika umat Muslim sedang berlebaran di serang oleh non Muslim.
Meski sudah ada perdamaian tetapi rupanya ketegangan itu masih ada. Jadi bila ada hal-hal sederhana saja atau permasalahan yang belum jelas duduk perkaranya sudah bisa jadi penyulut letupan konflik baru terjadi.
Ketegangan antar dua kelompok ini menunjukkan bahwa kohesi sosial yang diperlukan dalam integrasi sosial itu tidak terjadi. Artinya, di tengah-tengah masyarakat terjadi disintegrasi sosial termasuk disintegrasi politik dan ekonominya.
Di samping itu, adakah kepentingan asing bermain dalam konflik Ambon ini?
Meski saya tidak mendapatkan bukti secara langsung namun itu sangat mungkin terjadi. Karena kita tahu bahwa wilayah Indonesia timur itu adalah wilayah yang sangat rentan terjadi nya intervensi asing.
Kita tahu di Papua, baru-baru ini juga terjadi suatu gerakan pemisahan Papua dari Indonesia. Dan terjadi betul di balik gerakan itu ada pihak-pihak asing yang menggerakkannya. Hal itu sangat mungkin juga terjadi di Ambon karena di Ambon ada kelompok-kelompok separatis seperti RMS.
Saya kira kelompok-kelompok seperti itu selalu berupaya agar wilayah tersebut tidak stabil secara politik. Dan salah satu yang mudah untuk membuat politik tidak stabil adalah konflik yang berlatang belakang agama, seperti rusuh Ambon yang baru saja terjadi.
Bagaimana sikap umat Islam menghadapi situasi seperti itu?
Pertama, bila ada anasir asing yang turut campur dalam masalah ini, harus ditolak karena biasanya kekuatan asing ini merugikan pihak Islam. Apalagi kalau kemudian mereka itu mendorong untuk terjadinya separatisme, lebih harus ditolak lagi.
Kedua, umat Islam tidak boleh terpicu oleh isu-isu tidak berdasar yang menyulut konflik dengan non Muslim. Karena konflik semacam ini konflik yang tidak seharusnya terjadi dan sangat merugikan keduabelah pihak.
Kecuali kalau umat Islam itu diserang, itu persoalan lain. Karena ini berarti ada faktor lain di luar umat Islam. Kalau hal itu yang terjadi tentu saja tidak ada pilihan lain bagi umat Islam kecuali umat Islam harus mempertahankan diri dengan jihad seperti halnya yang pernah terjadi pada tahun 1999.
Ketiga, umat Islam harus mengerti bahwa seperti inilah situasi yang akan terus dialami umat Islam di daerah-daerah yang secara demografis relatif sama dengan non Muslim bila hidup di dalam sistem sekuler.
Artinya, sistem yang ada itu gagal melindungi umat Islam dan gagal juga melakukan integrasi sosial. Karena itu umat Islam harus semakin terdorong untuk menegakkan kembali syariah dan khilafah karena hanya melalui sistem itulah umat Islam akan terlindungi dan integrasi sosial akan terwujud yaitu sebuah masyarakat heterogen yang damai, adil, sejahtera.
Bila syariah tegak dalam naungan khilafah, apakah non Muslim akan ditindas?
Itu tidak akan terjadi oleh karena umat Islam mempunyai kewajiban untuk melindungi mereka. Dan dalam fakta sejarah berdirinya khilafah di masa lalu tidak pernah ada penindasan terhadap non Muslim di tengah-tengah mayoritas Muslim.
Apa yang terjadi di Irak, Mesir, Cordoba (sekarang Spanyol) misalnya, adalah bukti yang cukup nyata bahwa Islam memberikan perlindungan secara ekonomi, politik, sosial, budaya kepada warga non Muslim.[]
Ismail Yusanto: Ambon Kembali Membara, Kegagalan Negara Melakukan Integrasi Sosial