Abdurrahman bin Auf ra. adalah sahabat awal
yang masuk islam, beliau masuk islam karena dikontak dan diajak oleh sahabat
Abu Bakar As-Sidiq ra. Beliau orangnya jujur, sukses mulia, dermawan dan memiliki
banyak harta kekayaan. Beliau juga dipandang sebagai sahabat yang paling kaya
diantara banyak sahabat lainnya dan harta yang dihasilakan dengan cara yang
halal pula. Dengan kehalalan hartanya inilah membuat sahabat-sahabat lainnya
tidak enggan untuk menerima pemberiannya, karena mereka yakin bahwa harta yang
halal akan membawa banyak keberkahan. Hampir semua kekayaan Abdurrahman bin Auf
ra. yang sangat banyak, dia gunakan untuk membantu Rasulullah dalam menyebarluaskan
islam denga dakwah dan Jihad.
Ketika Rasulullah SAW membutuhkan dana
untuk berperang di Tabuk yang mahal dan sulit karena medannya jauh, apalagi
situasi Madinah pada saat itu musim panas. Abdurrahman bin Auf ra memoloporinya
dengan menyumbang 200 uqiyah emas (1 uqiyah setara dengan 50 dinar) setara
dengan 10.000 dinar (1 dinar setara 4,25 gram emas atau sekitar Rp 1.600.000)
berarti setara denga 16 M. Melihat besar infaqnya Abdurrahman bin Auf, Umar bin
Khatab berbisik kepada Rasulullah SAW “Sepertinya
Abdurrahman berdosa kepada keluargannya karena tidak meninggalkan uang belanja
sedikitpun untuk keluargannya”. Mendengar hal tersebut Rasulullah bertanya
kepada Abdurrahman bin Auf “Apakah kamu
meninggalkan uang belanja untuk istrimu? Dia menjawab “Iya, mereka saya tinggali lebih banyak dan lebih baik dari apa yang
saya sumbangkan” Rasulullah bertanya lagi “Berapa?” Jawabnya “sebanyak
rizki, kebaikan dan pahala yang dijanjikan Allah”. Subhanallah...!
Suatu saat Rasulullah SAW bernah
berpidato menyemangati kaum muslimin untuk berinfaq di jalan Allah, saat itu
Abdurrahman bin Auf separuh hartanya yang tersisa senilai 2000 Dinar. Atas
infaq ini rasulullah mendo’akan khusus untuknya “semoga Allah SWT melimpahkan berkah-Nya kepadamu terhadap harta yang
kamu berikan. Dan semoga Allah memberkat juga harta yang kamu tinggalkan untuk
keluargamu”.
Keseluruhan harta Abdurrahman bin Auf
adalah harta yang hallal, sehingga sahabat Usman bin Affan bersedia menerima
wasiatnya ketika membagikan 400 dinar untuk semua veteran perang badar, sampai
Usman berkata “harta Abdurrahman bin Auf halal lagi bersih, dan memakan harta
itu membawa selamat dan berberkah”.
Ketika beliau meninggal diusia 72 tahun beliau masih
juga meninggalkan harta yang sangat banyak yaitu terdiri dari 1.000 ekor unta,
100 ekor kuda, 3.000 ekor kambing dan masing-masing istrinya mendapatkan warisan
80.000 Dinar, artinya kekayaan yang ditinggalkan Abdurrahman bin Auf saat itu
berjumlah 2.560.000 Dinar. Begitu tulus hati beliau atas ketaatannya pada Allah
SWT sampai hampir semua harta dan kekayaannya diinfakan dijalan Allah tanpa ada
keraguan sedikitpun. Oleh karena itu, apa yang dicontohkan oleh beliau menjadi
pelajaran penting bagi pejuang islam dalam berinfaq dijalan Allah seberapapun
kemampuan kita yang penting dengan ikhlas dan mengharapkan ridho dari Allah
SWT. wallahu a’lam bi shawab
Ada
sebuah hadis yang penting untuk kita renungi bersama. Rasulullah saw
bersabda, sebagaimana yang dituturkan oleh Abu Hurairah ra. bahwa “akan
datang tahun-tahun penuh kedustaan yang menimpa manusia. Pada saat itu
pendusta dipercaya, sedangkan orang jujur didustakan; amanat diberikan
kepada pengkhianat, sementara orang jujur dikhianati. Pada saat itu,
Ruwaybidhah turut bicara”. Lalu salah seorang sahabat bertanya kepada beliau “apakah Ruwaybidhah itu? Rasulullah saw menjawab “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum/rakyat”. (HR. Ibnu majah).
Dalam
sabda Rasulullah saw. tampak bahwa kondisi buruk itu terjadi pada saat
pemutarbalikan nilai dan fakta yang begitu dominan. Fakta sekarang
menunjukan bahwa apa yang diprediksi oleh baginda nabi saat 14 abad yang
lalu terbukti pada saat ini. Bagaimana kemudian hari ini yang benar
dianggap salah, yang salah dianggap benar, jujur dianggap berdusta, yang
berdusta dipercaya, pengkhianat diagung-agungkan. Ahmadiyah yang
mengkhianati Allah dan Rasulullah saw (sesat dan menyesatkan) justru
dibela dan dilindungi, sedangkan ormas Islam justru ingin dibubarkan.
LSM yang pro-barat malah diberikan tempat yang luas, sementara ormas
islam terus dicurigai. Legalisasi tempat perjinahan semakin menjadi-jadi
sementara wanita anak bangsa dibiarkan mencari uang dari tempat haram
itu. Pertanyaannya adalah sampai kapan negeri kita akan seperti ini
terus? Ataukan sampai Allah mencabut kekuasaan yang kita miliki kemudian
dengan kekuasaan itu Allah akan menghinakan kita? Maka dari itu
saudaraku yang budiman, jika penguasa kita akan terus berdusta kepada
rakyatnya maka tunggulah balasanya.
Negara tercinta kita ini akan menjadi lebih baik ketika islam yang kita imani sebagai dien
yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an petunjuk bagi suluruh umat
manusia diaplikasikan dalam kehidupan kita, baik individu, berkeluarga,
bermasyarakat maupun bernegara, karena kita paham bahwa islam yang
turunkan oleh Allah SWT mempunyai sistem atau aturan (syari’ah) yang
harus kita terapkan sebagai konsekuesi keimanan kita umat islam, sebab
islam bukan hanya mewajibakan kita untuk sholat, puasa, zakat, haji akan
tetapi masih banyak yang wajib diterapkan oleh negara misalnya hudud,
ta’zir, kital, jihal dan hal-hal yang berkaitan dengan syari’ah
lainnya. Tetapi, sampai hari ini negeri tercinta kita ini justru
menerapkan Kapitalisme Liberal yang dijadikan sistem kehidupan
masyarakat indonesia, sementara syari’at Islam dibaikan. Padahal
syari’ah islam lebih rasional diterapkan daripada kapitalisme sekuler
yang mengabaikan keadilan dan kesejahteraan. Oleh karena itu, negara ini
harus kembali ke jalan yang benar yaitu jalan yang diridhoi oleh Allah
Swt agar negeri kita ini menjadi negeri yang baldatun thoibatun wa rrabun ghafur. Tinggalkanlah sistem Kapitalisme Liberal saatnya syari’ah islam yang harus diadopsi. Wallahu a’lam.
Angka nol yang disimbolkan dengan “0” merupakan salah penemuan yang sangat
berpengaruh dan terpenting pada perkembangan ilmu matematika dunia modern.
Angka nol atau zero dalam bahasa
Inggris berasal dari dari kata arab yaitu sifr
ditemukan oleh Al-Khawarizmi dalam bukunya yang berjudul Kitab Al-Jabr wa Al-Muqabilah (buku tentang integrasi dan persamaan) yang diterjemahkan
ke dalam Latin dengan judul Algoritmi de
Numero Indorum. Bukunya tersebut juga berisi pengembangannya pada
rumus-rumus persamaan yang sangat sederhana yang pada era modern kita temukan
dalam aritmatika, persamaan linear dan kuadrat yang akan kita temukan dalam
aljabar, serta kalkulasi integral kita temukan dalam kalkulus.
Dari buku tersebutlah muncul istilah “algoritma” yang semula adalah
kesalahan penerjemahannya ketika menyangka nama penulisnya adalah bagian dari
buku tersebut. Kini istilah
algoritma adalah istilah yang paling lazim dalam setiap programan komputer.
Penemuan angka nol oleh Al-Khawarizmi sangat perpengaruh dengan pengembangkan
teknologi informasi yang dikenal angka biner yaitu 0 dan 1, nol yang
diidentikan dengan off dan satu
diidentikan dengan on.
Penemuan angka 0 sampai 9 pada awalnya dikembangkan oleh beliau dari angka
Hindu India. Konon, pada pedagang India kemuadian membawanya ke Bagdad. Namun,
di India angka ini tidak populer dalam perhitungan sehari-hari, karena
merupakan priviles para pendeta Hindu
dalam komunikasi antara mereka. Angka tersebut lalu dianalisis dan
disebarluaskan melalui bukunya Kalkulasi dengan Angka-Angka Hindu. Melalui buku
ini, angka tersebut tersebar ke seluruh dunia Islam lalu ke Eropa dan dikenal
sebagai angka-angka Arab. Selain itu, beliau juga membuat perbaikan dengan
memperkenalkan notasi pecahan sebagai angka-angka desimal dibelakang koma.
Sehingga, pada abad modern aritmatika, aljabar, dan algoritma dikenal
sebagai berikut:
-Aritmatika berkaitan dengan persamaan
angka-angka yang sangat sederhana, misalkan 2 + 3=5, 3 + 3 = 6, dan seterusnya.
-Aljabar berhubungan dengan
persamaan yang menggunakan notasi simbol-simbol tertentu seperti x, y, z, misalakan 2x + 2 = 6 yang merupakan persamaan
linear, termasuk juga yang menggunakan nilai-nilai kuadrat seperti x2 + 3x + 2 = 10.
-Algoritma yang di ambil dari nama
beliau sendiri merupakan sebuah set jalur atau prosedur sebagaimana dalam flow chart, yang harus diikuti untuk
dapat menilai keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu. Sistem
ini sebagaimana digunakan dalam pembuatan program komputer.
Karya-karya Al-Khawarizmi kemudian banyak dipelajari oleh ilmuwan awal
Eropa menjelang masa Renaisance, di antaranya
Fibonacci yang menemukan salah satu deret yang dikenal dengan deret Fibonacci
yaitu 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, dan seterusnya, kemudian Gerard dari
Cremona, dan Adelard dari Bath Inggris. Melalui kajian tersebut sistem bilangan matematika modern dan lebih simpel mulai menyebar ke seluruh daratan Eropa
menggantikan angka-angka Romawi yang sebelumnya digunakan. Berkat buku-buku
tersebut, para pedagang Italia sudah menggunakan angka-angka desimal
sebagaimana digunakan sekarang sejak abad keempat belas.[1]
Sekitar
tahun 300 SM orang Babilonia telah memulai penggunaan dua buah garis yang
berbentuk miring (//) untuk menunjukkan sebuah tempat kosong, sebuah kolom
kosong pada Abakus. Simbol ini memudahkan seseorang untuk menentukan letak
sebuah symbol. Angka nol sangat berguna dan merupakan simbol yang menggambarkan
sebuah tempat kosong dalam Abakus, sebuah kolom dengan batu-batu yang
ditempatkan di dasar. Kegunaannya hanya untuk memastikan bahwa butiran-butiran
tersebut berada di tempat yang tepat, angka nol tidak memiliki nilai numerik
tersendiri.
Ada
sebagian ilmuan berpendapat bahwa pada komputer nol ini dapat merusak sistem,
karena nol diartikan tidak ada. Berapapun bilangan dikalikan dengan nol
hasilnya tidak ada. Nah inilah yang membuat bingung dalam operasi perhitungan.
Sebagai contoh: setiap yang dikalikan dengan nol pasti hasilnya nol. Walaupun
demikian sebenarnya nol itu hebat, jika tidak ditemukan angka nol tulisan satu
juta dalam bilangan romawi ditulis apa?? Bisa-bisa selembar kertas tidak sampai
untuk hanya memberikan symbol satu juta itu. Bisa dibayangkan jika nol tidak
ada. Banyak kekuatan yang terkandung dalam angka ini.
Nol adalah perangkat paling penting dalam
matematika. Namun berkat sifat matematis dan filosofis yang aneh pada angka
nol, ia akan berbenturan dengan filsafat barat. Angka nol berbenturan dengan
salah satu prinsip utama filsafat barat, sebuah dictum yang akar-akarnya terhujam dalam filsafat angka Phythagoras
dan nilai pentingnya tumbuh dari paradoks Zeno. seluruh cosmos Yunani didirikan
di atas pilar yang tidak ada kekosongan. Kosmos Yunani yang ditemukan oleh
Phytagoras, Aristoteles dan Ptolemeus masih lama bertahan setelah keruntuhan
peradaban Yunani. Dalam kosmos ini tak ada ketiadaaan. Oleh karena itu, hampir
sepanjang dua millenium orang-orang barat tak bersedia menerima angka nol.
Konsekuensinya sungguh menakutkan. Ketiadaan angka nol menghambat perkembangan
matematika, menghalangi inovasi sains dan yang lebih berbahaya, mengacaukan
sistem penanggalan
[1]Eko Laksono, Imperium
III: Zaman Kebangkitan Besar, Edisi Revisi (Jakarta Selatan: Hikmah, 2010),
hlm.102
Jika kita melihat populasi jumlah penduduk di dunia
hampir separuhnya adalah umat islam jumlahnya sekitar 1,6 miliar. Negara-negara
didunia umat islam mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, hampir semua
negara didunia didalamnya ada umat islam. Kita pasti tahu, keberadaan umat
islam di Timur Tengah, Asia Tengah, Asia Selatan, Afrika Utara, dan Nusantara
(Malaisya, Brunai dan Indonesia) jelas umat islam mayoritas, tetapi jika kita
melihat umat islam di Amerika, Eropa, dan Australia umat islam minoritas.
Meskipun mereka minoritas, tetap kita bisa katakan bahwa di sana ada yang
memeluk agama islam. Bahwa data mencatat bahwa jumlah umat islam di Eropa
meningkat dari tahun ke tahun pertumbuhannya lebih dari 200% baik berdasarkan
angka kelahiran maupun umat nonmuslim masuk agama islam atau dikenal dengan
istilah mu’alaf, tidak jauh beda juga
yang terjadi di Amerika dan Australia meskipun dengan data yang berbeda. Ini menandakan bahwa semakin hari
masyarakat dunia meyakini bahwa ada sesuatu yang khas dalam ajaran islam,
sehingga memotifasi kesadarakan mereka agar menuntun kejalan yang benar yaitu
islam. Nah, inilah yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama yang berarti keselamatan, sehingga islam juga bisa diartikan
sebagai agama yang mengantarkan manusia kepada keselamatan dari dunia hingga
akhirat (last after). Jika diartikan
secara syar’i islam berarti agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada
Muhammad saw melalui malaikat jibril untuk mengatur hubungan manusia dengan
Khaliqnya, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan dirinya sendiri agar
kemudian dengan aturan tersebut manusia lebih dicintai oleh Khaliknya dan
sesamannya.
Islam adalah ajaran yang kompleks dan totalitas, yang
mengajarkan manusia dari aturan yang sangat kecil dari aturan atau cara masuk
WC (water close) hingga pada aturan
tatanan struktur kepemerintahan islam atau kemudian kita kenal dengan sistem Khilafah Islamiyah atau Daulah Islamiyah. Namun, sampai saat ini
hanya sedikit orang yang manpu memahami struktur kepemerintahan islam tersebut
yaitu ulama-ulama yang mukhlis saja yang paham tentang perkara tersebut tanpa
terlena dengan harta dunia yang sementara.
Kompleksifitas dan totalitas islam itulah salah satu yang
membuat orang-orang yang mencari kebenaran tertarik untuk mengkaji dan
mempelajari ajaran islam dari pokok ajarannya sampai pada cabang-cabang
membahasannya beserta implentasi atau aplikasi ajaran islam tersebut, misalkan
sholat tidak hanya sekedar ditahu baca’annya saja tetapi harus sampai pada
praktek gerakan sholat, serta makna sholat juga harus dipahami sebagai
pencegahan dari perbuatan keji dan mungkar. Artinya dengan melakukan ibadah
tersebut kita bisa memahami bahwa ketundukan kita pada sang khaliq sebagai
implementasi dari ibadah tersebut harus betul-betul menyadari bahwa kita
sebagai manusia penuh dengan kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena itu, manusia
tidak boleh angkuh, sombong, iri, merasa dirinya yang paling benar, karena
sifat tersebut merupakan sifat tercela dan dibenci oleh Allah yang harus
dijauhkan dari kehidupan sehari-hari.
Jikalau kita mengkaji islam lebih mendalam akan kita
temukan bahwa islam tersebut sangat proporsional memahamkan manusia agar
betul-betul bisa menggunakan akalnya dalam mengkaji dan memahami alam semesta,
manusia dan kehidupan sebagai bagian dari penciptaan Allah. Itu sebabnya kenapa
banyak ayat dalam Al-qur’an mengajarkan manusia untuk menggunakan akalnya dalam
memahami persoalan yang ada, ini merupakan implementasi dari dalil aqli’ yang
dipahami oleh umat islam.
Al-Qur’an telah memotivasi kepada
semua manusia untuk senantiasa memahami, berpikir, mengkaji dan meneliti
sesuatu yang terjadi di alam semesta sehingga dapat memberikan manfaat kepada
semuannya dalam rangka mengabdi kepada tuhannya. Sebagaimana Allahberfirman dalam
beberapa ayat berikut:
Artinya: Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang
bertaqwa. Maka Tidakkah kamu memahaminya? (QS. Al-An’am 6 : 32)
Artinya: Dan barangsiapa yang kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan
dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? (QS. Yasin
36: 68)
þÎûurö/ä3Å¡àÿRr&4xsùr&tbrçÅÇö7è?ÇËÊÈ
Artinya: Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(QS. Adz-Dzariyaat 51: 21)
Artinya: Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami
di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka
bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu
menjadi saksi atas segala sesuatu?
(QS. Fusilat 41: 53)
Ayat-ayat
tersebut telah memotivasi semua manusia untuk senantiasa menggunakan akalnya dalam menemukan
hal-hal yang baru,baik yang berkaitan dengan motivasi untuk bertambah
kuatnya keimanan mereka kepada sang khaliq maupun dalam
penelitian (research) mereka terutama
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semuannya terinspirasi dalam islam sebagaimana tercantum dalam Al-qur’an. Jika
kita melihat kemajuan peradaban manusia abad ke-21 ini, peradaban islamlah yang
pertama kali meletakan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan
kaidah-kaidah logis, sistematis dan eksperimental.Kemajuan peradaban
manusia masa kini sangat ditentukan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kemajuan tersebut tidak berhenti sampai disitu saja tetapi berlanjut
sampai pada penemuan industri baru
yang memproduksi seluruh kebutuhan manusia. Perkembangan tersebut sangat
tergantung dari kesungguhan manusia dalam menemukan hal-hal yang baru dengan
segala tantangan dan rintangan yang telah dihadapinya.
Selain dalil aqli’ Allah memberikan gambaran kepada umat manusia untuk
menggunakan dalil naqli’ yaitu argumen atau dalil yang bersumber dari Al-quran
yang menjelaskan ketidakmanpuan dan keterbatasan akal untuk memahami persoalan
diluar dari batasan akal yang dimiliki oleh manusia. Misalkan memahami
persoalan yang gaib (tidak bisa diraba secara faktual), perkara ini tidak
mungkin diyakini hanya berdasarkan dalil aqli’ saja tetapi harus didasarkan
pada informasi dalil naqli’.
Doktrin islam sangat rasional (masuk akal), tidak ada ajaran islam yang
kita ragukan dalam memahami perkara yang ada yang telah dijelaskan dari
sumbernya (Al-Qur’an). Misalkan dalam memahami siapakah tuhan manusia yang
telah menciptakan kompleksifitas alam semesta, manusia dan kehidupan. Sebagai
pandangan awal kita apakah mungkin tuhan manusia adalah benda mati,
batu-batuan, pohon besar (berkeramat), patung ataukah manusia itu sendiri?
Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak bisa bergerak menciptakan yang bergerak,
atau apakah mungkin manusia menciptakan manusia juga? Jawabannya tidak masuk
akal, karena yang dipahami oleh akal bahwa tuhan yang menciptakan manusia, alam
semesta dan kehidupan itu adalah berbeda dengan benda mati dan manusia itu
sendiri. Oleh karena itu Al-Quraan menjelaskan masalah ketuhanan jelas dalam
QS-Al-Ikhlas 1-4:
Apa yang dijelaskan dalam surat Al-Ikhlas tersebut
tergambarkan bahwa tuhan yang disembah adalah satu-satunya (esa), tidak boleh
berbeda antara satu dengan yang lainnya dan tuhan itu tidak punya anak atau
diperanakan. Hanya kepada-Nya sajalah tempat manusia meminta, bergantung dan
memohon sesuatu karena kita memahami pada satu-satunya tuhan dan tidak ada yang
setara dengan Dia. Maka tuhan manusia harus bersifat absolut (mutlak) adanya.
Pemahaman awal inilah yang memotifasi manusia untuk untuk
senantiasa mengkaji ajaran agama yang benar dan rasional, agar dengan kebenaran
itu manusia bisa hidup damai dalam meraih kemuliaannya. Kebenaran islam bisa
dibuktikan dengan dalil aqli’ dan dalil naqli’ dalam mengkaji apa yang
diajarkan oleh islam. Islam adalah agama yang benar, dan satu-satunya agama
yang diridhoi oleh Allah sebagaimana firman-Nya:
¨bÎ)úïÏe$!$#yYÏã«!$#ÞO»n=óM}$#3
Artinya: sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. (QS. Ali-Imran:19)
Logika terbaliknya, jika ada agama yang diridhoi oleh
Allah maka ada agama yang tidak diridhoi oleh Allah, itu artinya bahwa agama
islam adalah satu-satunya agama yang semua ibadah dan amalnya diterima oleh
Allah sebagai tuhan manusia dan semua ibadah dan amal diluar dari agama islam
ditolak atau tidak diterima oleh Allah. Oleh karena itu, larangan keras manusia
beragama selain islam. Sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
Artinya: Barangsiapa
mencari agama selain islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS.
Ali-Imran: 85).
Ketegasan Allah sebagaimana ditegaskan dalam ayat di
atas, menandakan bahwa perkara jalan/cara (agama) dan tuhan merupakan perkara
yang penting untuk sampai kepada Allah. Cara yang dijelaskan oleh tuhan itulah
cara terbaik dan cara yang benar untuk mendapatkan ridho dan ampunan-Nya. Jika
kita tidak mengikuti cara yang telah jelaskan oleh Allah maka manusia akan
menuai jalan buntu dan kehilangan arah untuk mencapai tujuan dalam meraih
diridhoi oleh Allah yaitu surga.
Islam adalah agama yang sempurna, agama yang meluruskan
agama-agama terdahulu. Karena dengan islam mereka manpu menemukan kebenaran
tauhid yang sesungguhnya. Kesempurnaan islam tersebut telah digambarkan oleh
Allah dalam QS. Al-Ma’idah: 3 yaitu:
Artinya:
Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa. Karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berdasarkan penjelaskan di atas, maka pantas penulis
katakan bahwa kebenaran hanyalah dengan islam tidak ada yang lain. Jika ingin
menemukan kebenaran maka pelajarilah islam, niscaya engkau akan menjadi
orang-orang yang bahagia didunia hingga surga.
Jika cobaan sepanjang sungai, seharusnya kesabaran seluas samudra.
Jika harapan seluas hamparan, seharusnya ikhtiar itu seluas langit yang membentang.
Jika pengorbanan sebesar bumi, seharusnya keikhlasan itu seluas jagad raya.
agar tak kecewa ketika kita tak sampai.
Agar tidak sedih ketika harapan tak tercapai.
Hanya rencana Allahlah yang terindah.......!!!
Jika cobaan sepanjang sungai, seharusnya kesabaran seluas samudra. Jika harapan seluas hamparan, seharusnya ikhtiar itu seluas langit yang membentang. Jika pengorbanan sebesar bumi, seharusnya keikhlasan itu seluas jagad raya. agar tak kecewa ketika kita tak sampai. Agar tidak sedih ketika harapan tak tercapai. Hanya rencana Allahlah yang terindah.......!!!
Didi Haryono, Lahir di Bima Nusa Tenggara Barat (NTB), 6 Juni 1989. Menamatkan pendidikan SDN Inp. O’O Donggo (2001), SLTP Negeri 29 Bima (2004), Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bima (2007), Sarjana Matematika Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar (2011), Master Matematika Terapan Program Pasca Sarjana UNHAS (2014).
Menulis beberapa buku dibidang matematika, religious/ spiritual dan motivasi. Pernah menjadi editor buku fastabikul khairat yang ditulis oleh Sdr. Muh. Agus Safar. Dan menulis opini dibeberapa media cetak dan media on-line.
Tulisan-tulisan lepas lainnya bisa diakses www.muh-didiharyono.blogspot.com dan untuk memudahkan dalam berdiskusi bisa di twitter @muh_didiharyono.
Infaq Abdurrahman bin Auf