Senin, Januari 05, 2015

Belajar dari Kekalahan



Belajar dari Kekalahan
Kekalahan bukan untuk dikenang apalagi dibiarkan berulang kembali. Kekalahan harus membangkitkn semangat menggelora untuk menyusun dengan amalan-amalan yang istimewa dan mendobrak pintu kemenangan. Bertahun-tahun yang telah dijalani, ada baiknya kita memetik hikmah dari perjalanan tersebut agar lebih hati-hati dalam menapaki perjalanan berikutnya.
Ketahuilah, bahwa peluang untuk kalah selalu ada di depan kita. Sebenarnya, apa yang menyebabkan terjadinya kekalahan? Jawabannya adalah maksiat. Maksiat adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Sejarah islam secara objektif telah meunjukan kepada kita betapa kemaksiatan bisa menjadi penyebab suatu kekalahan dalam perjuangan. Dari sekian banyak peristiwa, ada dua peristiwa penting yang bisa dijadikan rujukan untuk mengambil pelajaran yang berharga yaitu kekalahan yang terjadi pada perang Uhud dan perang Hunain:
Pertama, kekalahan yang terjadi pada perang Uhud. Kekalahan ini terjadi karena ketidak disiplinan para sahabat serta ketidak ta’atan mereka terhadap perintah Allah SWT dan rasul-Nya.
Ketika melihat pasukan kaum muslimin mendapatkan kemenangan dan memperoleh harta rampasan perang (ghanimah), terjadi perselisihan dalam pasukan pemanah yang ada di atas bukit. Sebagian pasukan ingin turun ke bawah untuk dapat ikut serta memperebutkan harta rampasan perang, sedangkan sebagian lain ingin tetap berada di posisi mereka sesuai dengan perintah Rasulullah SAW. Akhirnya, sebagian besar pasukan pemanah pun kemudian turun meninggalkan posisi mereka demi untuk mendapatkan harta rampasan perang tersebut.
Abdullah bin Jubair ra, sebagai pimpinan pasukan pemanah sudah mengingatkan anggotanya untuk tidak meninggalkan posisi mereka sebagaimana yang diperintahkan rasulullah SAW tetapi karena kecintaan dan keinginan terhadap dunia telah menyebabkan anggota pasukan itu tidak lagi mengindahkan perintah Rasulullah SAW yang seharusnya mereka laksanakan agar mendapatkan kemenangan.
Pada saat itulah, pasukan Quraisy yang dipimpin oleh jendral Khalid bin Walid, komandan kavaleri Mekah, mengerahkan pasukannya dari balik gunung menuju pasukan panah. Tentu saja dengang mudahnya pasukan panah itu dapat diusir dari posisinya., demi mendengar teriakan Khalid bin Walid, kaum Quraisy mengerti, kini saatnya membalikan pasukan menggempur pasukan Muslimin. Kaum Muslimin yang tadinya sibuk mengumpulkan rampasan perang tidak sadar akan itu semua. Serangan balik itu datang tiba-tiba, mereka melemparkan rampasan perangnya dan menghadapi serbuan tersebut. Tapi kondisi barisan sudah tidak rapi lagi.
Persatuan itu sudah pecah, hanya karaan nafsu terhadap materi keduniawian. Perjuangan sudah tidak padu lagi, tak tahu lagi harus bagaimana. Karena komando sudah tidak jelas. Menjadi sebuah imbalan yang harus dibayar mahal dan harus diterima kaum Muslimin yang tidak taat pada perintah. Mereka mundur, mendaki gunung Uhud. Nabi pun luka oleh sebuah anak panah.
Dari sini kita bisa mengambil pelajaran tentang kedisiplinan terhadap perintah pimpinan. Komitment terhadap yang sudah disepakati. Akibatnya sangat fatal, persatuan dan kesatuan yang sudah terbangun kokoh, runtuh hanya karena masing-masing pasukan tidak disiplin dan tidak mampu merealisasikan kominten yang telah mereka katakana.
Sekembalinya dari perang Uhud, kaum muslimin mengalami kekalahan karena banyak sekali sahabat Nabi SAW. yang syahid dalam perang ini, termasuk paman Nabi SAW yang sangat beliau cintai, yaitu Hamzah bin Abdul Mutholib ra. Para sahabat Nabi SAW saling bertanya-tanya kenapa mereka mengalami kekalahan dalam perang ini, padahal Allah SWT telah menjanjikan bahwa umat Islam akan mendapatkan kemenangan.
Maka Allah SWT pun menurunkan wahyu untuk menjelaskan penyebab kekalahan yang diderita oleh umat Islam dalam perang Uhud itu. Allah SWT berfirman:
Dan Sesungguhnya Allah Telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu (yakni: urusan pelaksanaan perintah nabi Muhammad s.a.w. Karena beliau telah memerintahkan agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam keadaan bagaimanapun.) dan mendurhakai perintah (rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai (harta rampasan perang) di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan Sesunguhnya Allah Telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman”. (QS. Ali-Imran [3] : 152)
Kedua, kekalahan dalam perang Hunain. Coba dibayangkan, saat itu jumlah tentara kaum muslimin berjumlah sangat banyak, yakni 12.000 prajurit, sedangkan pasukan kafir hanya 4000 pasukan. Hal ini terjadi karena adanya perasaan sombong dan menganggap enteng lawan karena jumlah pasukannya yang banyak. Hal ini menyebabkan jumlah pasukan islam menjadi sedikit dan yang sedikit itulah kemudian menunjukan kesungguhan sehingga berhasil mengalahkan musuh.
Karena merasa bahwa pasukan mereka sangat banyak, sampai mereka menyatakan “pada saat ini pasukan kamu tidak akan mungkin terkalahkan”. Dengan perasaan sombong, mereka memasuki lembah Hunain tanpa disangka-sangka, mereka dihujani dengan anak panah dari berbagai arah dan disertai dengan serangan oleh tentera kafir musyrik. Serangan yang tiba-tiba ini telah menyebabkan tentera islam banyak yang syahid. Mengetahui hal itu, kaum musyrikin begitu bergembira. Abu Sufyan kemudian berkata,”kekalahan mereka tidak akan sampai ke Laut”.
Melihat tanda-tanda kekalahan rasulullah SAW menyerukan kepada seluruh pasukan agar kembali ke barisan dan segera menyusun strategi baru untuk mengalahkan pasukan kafir Quraisy. Al Abbas saat itu berteriak dengan suara kerasnya, “ Wahai Assh-habus Samroh! (para sahabat yang pernah melakukan baiat Ridwan pada perjanjian Hudaibiyah”. Begitu mendengar teriakan  itu, mereka segera kembali seperti sapi yang datang memenuhi panggilan anaknya.
Beliau kemudian memungut segenggam pasir dan melemparkannya ke arah wajah pasukan musuh seraya berseru “terhinalah wajah kalian”.
Akhirnya, terjadi pertempuran yang sangat dasyat. Kaum muslimin lalu mengejar pasukan musuh dan membunuh serta menawan kaum kufar dan kemenagan berpihak kepada kaum muslimin. Sahabat Duraid bin Ash-Shammah syahid sementara beberapa sahabat lain menderita luka-luka yang cukup parah. Tatkala musuh mengalami kekalahan, beberapa orang kafir Makkah menyatakan diri masuk Islam.
Berkenaan dengan ini Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya Allah Telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (Ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak Karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu Telah terasa sempit olehmu, Kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir”. (QS. At-Tawbah [9] : 25-26)
Selama umat Islam masih melakukan faktor-faktor penyebab kekalahan, selama itu juga kekalahan demi kekalahan akan terus dialami.
Allah SWT berfirman:
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar’’ (QS. al-Anfal [8]: 46)
Kekalahan menjadi pelajaran yang berharga bagi perjuangan ini, meski pilu mengiris hati. Tidak usah menangis ketika dikenang, tidak perlu mundur karena takut kalah lagi. Tetapi, persiapkanlah generasi yang kuat untuk memenangkan pertarungan ini. Kepal lah tangan kanan ke langit dengan sekeras-kerasnya. Berjanjilah kepada Allah SWT agar tidak pernah mundur dalam perjuangan ini hingga kemenangan tiba meski nyawa menjadi taruhannya. [] by: Didiharyono

0 komentar: