Sabtu, Desember 27, 2014

Strength of the Patient



Strength of the Patient
Suatu ketika beliau berceramah di Masjid Al-Ikhlas, waktu itu terjadi pada bulan ramadhan kalaw tidak salah pada malam ketiga. Topik ceramah yang Prof. Abdul Hadis bawakan adalah berkaitan dengan kesabaran. Dalam ceramah tersebut beliau menjelaskan pentingnya kesabaran sebagaimana telah dicontohkan oleh rasulullah SAW, rasulullah diludahi, dilembari dengan batu, diboikot secara ekonomi, bahkan ada acaman nyawa mejadi taruhan. Kenapa rasulullah SAW bisa melewati itu semua? Kata kuncinya adalah hanya dengan kesabaran. Setiap usaha dan perjuangan selalu dipenuhi oleh liku-liku dan panjangnya perjalanan.

Kita harus melewatinya selangkah demi langkah (step by step), harus bersabar dan terus berjuang hingga kemenangan serta cita-cita yang diraih itu bisa didapatkan. Dan yang lebih penting lagi bahwa balasan bagi orang-orang bersabar di akhirat kelak adalah surga dan kesenangan. “Beda pak dengan kondisi yang terjadi hari ini. Hampir semua orang kurang bersabar, masa gara-gara bunyi klakson pete-pete (mobil) para supir pete-pere langsung mengajak untuk berkelahi. Gara-gara masalah sepele kemudian tersinggung langsung memutuskan untuk membunuh. Suasana yang selalu selalu ditemukan hampir disetiap kota di negeri ini. Andaikan mereka mencontohi kehidupan rasulullah maka hidup ini akan menjadi indah dan damai” sahutnya.

“Hanya menjadi persoalannya adalah berapa banyak orang yang memiliki kesabaran sebagaimana rasulullah SAW? Berapa banyak juga yang mau bersabar dalam mencari rezki dan berusaha? Saya kira sedikit” tanyanya kepada jamaah. Suasananya menjadi serius dan hening. Beliau melanjutkan “saat ini ada bermacam-macam karakter yang dimiliki oleh masyarakat, ada kurang sabar dalam berusaha,  ada yang banyak uangnya tetapi tidak pernah menginfakan rezkinya, ada yang berdoa saja kerjanya tetapi tidak mau berusaha, ada juga seperti pepatah bugis elo ande tea eco-eco (mau makan tetapi tidak mau berusaha)” kata-katanya disambut tawa oleh pendengar.

Beliau memang punya ciri khas sendiri dalam menyampaikan materi ceramahnya, di samping dengan gaya yang cocak, apa adanya, beliau juga homoris. Bahkan disetiap ceramahnya, selalu diselipi dengan kata-kata yang penuh dengan candaan. Ada jamaah yang pernah bilang kepenulis bahwa humoris dan kelucuanya membuat orang tertawa baru mendengarkan suaranya jamaah sudah mulai tertawa, apalagi kalaw mendengar penjelasan isinya pasti mereka akan tertawa terus. Kelucuan beliau bukan dibuat-buat, tetapi murni spontanitas yang muncul dalam dirinya sebagai inner capacity (kemampuan dari dalam). Kelucuan beliau hanya sekedar kata-kata saja tidak ditunjukan dengan gerakkan yang over atau lebai. Karena menurutnya senyata utama yang akan melumpuhkan lawan adalah dengan kekuatan kata-kata. Jika pembaca mendengar ceramah atau pun cara beliau mengajar, anda tidak akan bernah bosan sebab materi yang beliau ajarkan selalu renyah diresapi, bahkan terkadang tidak terasa kalaw ternyata waktu sudah melewati jadwal yang telah ditetapkan.

Dalam suatu kesempatan beliau duduk dimasjid bercerita dengan remaja masjid, kebetulan semua remaja masjid adalah mahasiswa. Mereka sangat tepat yang diberi gelar sebagai ahlu-shuffah (pemudan yang tinggal dimasjid). Banyak hal yang beliau sampaikan salah satunya adalah beliau mengulang kata kesabaran yang harus dimiliki. Kesabaran dalam menuntul ilmu agar kelak bisa bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Itulah esensi dari kecerdasaan social yang tidak semua orang memilikinya. Jika di awal kita bersabar maka di akhir kita akan mendapatkan reward (balasan) yang terbaik baik didunia maupun diakhirat. Dengan gaya yang agak serius beliau menceritakan sebuah anekdok tentang suatu pameran penjualan otak yang termahal didunia. Pendengar juga serius menanti lanjutan ceritanya.

Ceritanya begini katanya “konon otak orang Indonesia sangat digemari dan jadi rebutan di antara calon penerima donor otak manusia. Di pameran tersebut, harga otak manusia Indonesia dikabarkan paling tinggi dan paling mahal. Setiap ada persediaan hampir bisa dipastikan langsung laku terjual, dan banyak lagi pesanan sesudah itu. Orang-orang pun heran. Mengapa bukan otak orang eropa yang terkenal cerdas-cerdas itu yang diburu? Mengapa juga bukan otak orang-orang Jepang, yang tersohor memiliki kemampuan tinggi dalam bidang teknologi, yang diperebutkan? Atau, mengapa tidak otak orang Cina yang sudah dikenal luas lihai berbisnis? Mengapa justru otak orang Indonesia?. Jawabannya adalah setelah dilakukan semacam penelitian yang begitu panjang, ternyata persepsi para penerima donor otak dalam menentukan pilihan bukan pada standar umum seperti asumsi di atas. Akan tetapi, otak orang Indonesia rata-rata masih bagus dan mulus soalnya jarang dipakai!”.

Mendengar anekdok tersebut, penulis yang selalu serius pun tertawa dengan anekdok tersebut. Anekdok yang digambarkan oleh beliau di atas menjelaskan bahwa banyak para remaja saat ini terutama mahasiswa yang justru menggunakan waktu produktif mereka melakukan hal-hal yang sia-sia. Tidak sedikit juga aksi atau demonstrasi anarkis yang dilakukan oleh sebagian mahasiswa hingga berujung terjadinya bentrokan, justru merugikan masyarakat pada umumnya. Sehingga, kadang masyarakat menilai bahwa mereka itu seakan-akan tidak menggunakan akal (otak) yang sehat untuk berpikir demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan demonstrasi anarkis mahasiswa yang kerap terjadi di kota Makassar menjadi wacana yang selalu dibicarakan oleh Daeng Beca (tukang Beca).

Dulu ketika ada mahasiswa yang berkelahi, temannya yang lain menyatakan “jangan seperti tukang beca!” pernyataan yang menunjukan bahwa fakta yang kerap terjadi dahulu konon seperti itu. Tetapi sekarang justru terbalik, ketika ada tukang beca yang berkelahi, tukang beca yang lain menyatakan “jangan seperti mahasiswa!” pernyataan itu cukup menyakitkan bagi mahasiswa pada umumnya padahal persoalan itu adalah masalah kasuistik, hanya dilakukan oleh sebagian mahasiswa yang bermasalah. Jika wacana yang dibicarakan tukang beca itu benar adanya, sungguh itu adalah kerendaan intelektual “mahasiswa” yang nota-benenya sebagai agen perubah (agent of change).

“Kenapa itu semua bisa terjadi, karena mereka kurang bersabar dalam menjalani proses perkuliahan sebagaimana terjadwal, sehingga mereka memilih jalan yang lain. Dan, konon dalam suatu penelitian bahwa mereka yang demonstrasi anarkis dijalan raya adalah orang-orang yang bermasalah secara akademis. Coba dibayangkan bagaimana bisa menjadi agen perubah sementara mereka membuat kerusakan sampat terkadang membuat keonaran, bakar ban di tengah jalan, sehingga membuat mobil-mobil tidak bisa lewati. Akhirnya terjadi kemacetan yang sangat parah.

Coba juga dibayangkan kalaw ada orang yang mau melahirkan dan disegera dirujuk ke rumah sakit, sementara suasananya macet total. Ini bisa membahayakan nyawa manusia sebab tidak ada dokter atau perawat yang ada di ambulans” sahutnya. Oleh karena itu, beliau berpesan bahwa menjadi mahasiswa haruslah harus dijalani dengan penuh kesabaran, ketabahan, terus belajar dan tawakal, karena dengan itu mahasiswa akan punya skill serta memiliki kompetensi agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat dan berguna bagi masyarakat pada umumnya.

***

Orang yang bersabar adalah bukan orang yang kalah, tetapi orang yang tetap tenang dalam hidup dan ia tahu bahwa tuhan akan menurunkan rahmatnya. Sebab bersabar bukanlah kekalahan tetapi kemenangan yang akan segera diraih. Sabar begitu sering disebut dalam kitab suci Al-qur’an, sebab Allah mengetahui besarnya beban yang dituntut oleh konsistensi ditengah beragam kecendrungan dan keinginan, beratnya beban yang dituntut dalam mencari ilmu dan rezki dimuka bumi ditengah-tengah dinamika peseteruan dan rintangan.

Allah SWT berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah [2]: 153)

Sabar mesti ada dalam melaksanakan ketaatan dan patuh pada aturan, dalam menghadapi tantangan dan rintangan beragam coraknya, dalam menanggung lamanya keletihan, dalam sedikitnya penolong, dalam panjangnya jalan berduri, dalam menghadapi kebengkokan jiwa dan kebekuan hati, dalam menahan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat, selalu menyontek, malas hadir kuliah, minuman keras, narkoba, judi dan perbuatan tidak bermanfaat lainnya.
 

Ibnu Qayyim berkata bahwa kesabatan yang terberat adalah mengalahkan diri sendiri. Beratnya kesabaran sangat bergantung pada faktor pendorong perilaku yang membuat seorang meyimpang. Bila tidak punya dorongan yang untuk mabuk misalnya, membunuh atau melakukan perbuatan keji, maka sabar dari perbuatan itu mudah baginya. Sebaliknya, barang siapa yang punya keinginan kuat untuk melakukan perbuatan keji dan tercela, serta ringan baginya untuk melakukan itu semua, maka sabar untuk meninggalkan itu sangatlah berat.

Ada suatu kisah yang sangat penting untuk diulang berkenaan dengan hal di atas, mungkin pembaca pernah mendengar cerita ini. Tetapi tidak ada salahnya untuk diangkat kembali. Berikut kisahnya,

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yang sedang membaca Koran. “Ayah, ayah,” kata sang anak. “Ada apa Nak?” tanya sang ayah. “Aku capek, sangat capek. Aku capek karena aku belajar mati-matian untuk mendapat nilai bagus, sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek. Aku mau menyontek saja! Aku capek. Sangat capek”.

Anaknya melanjutkan “Aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! Aku capek, sangat capek.

Aku juga capek karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung.

Aku juga ingin jajan terus! Aku capek, sangat capek, karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati.

Aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman- temanku, sedang mereka seenaknya saja bersikap kepadaku.

Aku capek ayah, aku capek menahan diri. Aku ingin seperti mereka yang terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah!” Begitu sedihnya, sehingga sang anak pun mulai menangis.

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ”Anakku, ayo ikut ayah. Ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu.” Lalu sang ayah menarik tangan sang anak, kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan dipenuhi ilalang. Lalu sang anak pun mulai mengeluh ”Ayah kita mau kemana?? Aku tidak suka jalan ini. Lihat sepatuku jadi kotor, kakiku terluka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi serangga, berjalanpun susah karena ada banyak ilalang. Aku benci jalan ini ayah!” Sang ayah hanya terdiam.

Mereka pun tetap berjalan terus. Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu-kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang. Anaknya bertanya “Wwaaaah… tempat apa ini ayah? Aku suka! Aku suka sekali tempat ini!” Sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau. “Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah,” ujar sang ayah. Si anak pun ikut duduk di samping ayahnya. ” Anakku, tahukah engkau mengapa di sini begitu sepi? Padahal tempat ini begitu indah?”.

Anaknya menjawab ”Tidak tahu Ayah, memangnya kenapa?”. “Itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu.” Sahut ayahnya. Anaknya menjawab ”Ooh… berarti kita orang yang sabar ya, Ayah?”. ”Nah, akhirnya kau mengerti” tambah ayahnya. Anaknya bertanya lagi ”Mengerti apa? Aku tidak tahu apa yang harus dimengerti”.

”Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi. Bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga dan akhirnya semuanya terbayarkan? Ada tempat dan taman yang sangat indah, seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapat apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku.” Jawab ayahnya.

”Tapi Ayah, bersabar itu tidak mudah” sahut seorang anak. ”Ayah tahu. Oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat. Begitu pula hidup, ada Ayah dan Ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu. Tapi ingatlah anakku, kami tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri.

Jadilah pribadi yang kuat, yang tetap tabah dan tawakkallah karena kau tahu ada Tuhan di sampingmu. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Nah, kau tahu akhirnya kan?” Tanya ayahnya. ”Ya Ayah, aku tahu.. Aku akan mendapat hasil yang luar biasa bahkan hadiah surga yang indah kelak, yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti. Terima kasih Ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar.” Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya. 
Semua orang tahu bahwa hidup ini sangat dipenuhi oleh tantangan dan rintangan, tetapi kita tidak tahu seberapa besar cobaan dan rintangan yang Tuhan berikan pada kita. Namun, kita mesti tahu, Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kekuataan hambanya. Maka teruslah berdo'a, tawakal dan pasrah akan kehendak-Nya karena semua telah dituliskan. Sekecil apapun usaha dan ibadah yang dilakukan akan dibalas beribu-ribu kali lipat, begitu juga sebaliknya. Jangan terlena oleh kemewahan hidup dunia, harus diketahui juga bahwa harta dan tahta (jabatan) yang dimiliki di dunia hanyalah titipan, semuanya akan dimintai pertanggungan jawab dan akan kembali kepada-Nya. Kesabaran akan membuahkan hasil yang indah. Ingatlah, Tuhan sangat menyukai orang-orang yang sabar. Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang yang sabar dan mendapat cinta-Nya. [] by: Didiharyono

0 komentar: