Oleh: Didi Haryono
Jalan dakwah adalah jalan perjuangan, jalannya para nabi, jalannya para
syuhada dan jalannya al-ghurobah
(orang yang terasing). Banyak orang menganggap jalan dakwah tidak penting dalam
hidupnya, tetapi ketahuilah jalan ini yang menentukan perubahan besar yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat. Lihatlah dakwah para nabi, indah mereka
rasakan dalam dakwahnya meskipun tantangan dan ujian yang menghadang. Lihatlah
juga dakwah para syuhada, mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki hanya
demi kemuliaan islam dan kaum muslimin. Dan lihatlah dakwahnya para al-ghurobah, mereka rela menjadi yang
terasing demi ketaatan mereka kepada Allah SWT tuhan semesta alam.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad
as-Saidi ra.
“Islam muncul pertama kali dalam
keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulanya, maka
berbahagialah al-ghurobah (orang-orang yang terasingkan) tersebut. Para sahabat
perkata, wahai rasulullah, siapakah al-ghurobah ini? Rasulullah SAW bersabda
mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia seudah rusak”
(HR. At-Thobari dalam al-kabir).
Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ibnu Abu Syabah, al-Bajjar, Abu Ya’la dan Ahmad
telah meriwayatkan suatu hadis dengan para perawi terpercaya dari Abdullah bin
Mas’ud, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya islam muncul pertama
kali dalam keadaan kali dalam keadaan terasing dan akan kemabali terasing
sebagaimana mulanya, maka berbahagialah al-ghurobah (orang-orang yang
terasingkan). Dikatakan kepada beliau siapakah al-ghurobah itu? Rasulullah SAW
bersabda mereka adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah”. (HR. Ahmad)
Jalan dakwah adalah jalan yang sangat mulia. Kemulian mereka karena
aktivitas yang diridhoi Allah SWT, kenikmatan yang dirasakan karena mampu
menyampaikan kalimat hikmah kepada objek dakwah, semakin ada rintangan dan
tantangan yang menghadang maka semakin bersemangat dan semakin kokoh iman
pengemban dakwah. Umar bin Khattab sangat menghargai kenikmatan majelis ini
dengan menyatakan “Tidak ada nikmat
kebaikan yang Allah SWT setelah islam, selain saudara yang saleh. Maka jika
salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah dengan kuat
persaudaraan dengannya”.
Jalan dakwah adalah jalan yang dirindukan oleh pejuang yang sholeh dan
sholeha. Mereka yang merindukan jalan dakwah akan selalu merindukan kalimat
hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi. Dari induk segala hikmah,
al-Qur’an al-Karim, Hadist ulumul hikmah. Ayat-ayat Allah SWT bertebaran di
alam raya ini, ayat-ayat Allah SWT yang senantiasa dilantunkan dengan hati yang
ikhlas dan jiwa yang tenang. Karena ia adalah sumber informasi dan inspirasi,
sumber energy yang memotivasi semangat langkah yang merindukan jalan dakwah.
Merindukan jalan dakwah itu butuh semangat dan kesungguhan. Kesungguhan
mengubah ujian menjadi kesempatan untuk menghasilkan peninggalan sejarah yang
menjadi ladang amal (amal jariyah). Hati yang penuh kesungguhan itulah yang
akan mengubah keterbatasan menjadi momen perubahan, bahkan momentum yang
bersejarah. Tidak sedikit karya-karya yang bersejarah besar yang lahir dari
keterbatasan, lahir dari jiwa yang ikhlas, yang dihiasi dengan kesungguhan dan
semangat yang menggelora.
Jalan dakwah adalah majelis
iman yang sedang dijalani. Majelis inilah yang diperlukan untuk meembutkan hati
kita, mengasah jiwa agar senantiasa beredar dalam orbit kebaikan, dan melatih
kita untuk senantiasa sensitive pada keburukan hingga kita bisa menjauhinya,
serta untuk mengasah alergi kita terhadap kemaksiatan dan kemungkaran. Majelis
ini harus dilaksanakan dalam tintangkatan individu, jamaah/ kolektif bahkan
Negara.
Pada tingkatan individu,
majelis ini dilakukan melalui halaqoh-halaqoh (kelompok kajian) untuk mendidik
dan membina para kader militan, kader aktif yang kreatif dan produktif, sebab
kader inilah yang akan dipersiapkan untuk menyampaikan risalah ilihiyah
(risalah kebenaran) kepada masyarakat. Tingkatan ini giroh (semangat) juang
harus terus digelorakan, sebab kader yang akan survive (bertahan) adalah kader
yang istiqomah dan tunduk pada hukum syara’.
Ketika para kader tidak taat kepada hokum syara’ maka ini menjadi
musibah bagi jalannya dakwah, dan tentunya solusi yang harus dilakukan adalah
menamkan tsaqofah islam pada diri para kader agar senantiasa yakin bahwa Allah
SWT adalah tujuan kita, ridho dan rahmat-Nya lah yang kita raih dalam seluruh
aktivitas perjuangan kita.
Pada tingkat jamaah, majelis
ini dilakukan untuk menjaga solidaritas tim dakwah, menjaga dan memperbaharui
semangat jamaah, menindaklanjuti ide kreatif individu menjadi ide kolektif dan
menjadikan kelompok dakwah yang produktif. Sehingga, ummat cepat disadarkan dan
menjadi paham dengan islam yang diemban. Kerjasama tim dalam berdakwah sangat
diperlukan dalam memudahkan seluruh aktifitas dakwah, memudahkan langkah gerak,
saling melengkapi personil dakwah dan saling memotivasi takkala ada individu
yang futur dan malas-malasan dalam mengemban amanah mulia ini. Saat tujuan
dakwah koletif tercapai, kesadaran masyarakat tentang islam mulai menggelora.
Penerapan islam pun belangsung dengan baik disemua lini kehidupan, individu,
keluarga dan masyarakat. Keinginan menerapkan islam kaffah (sempurna) terus
didengungkan, orang-orang yang awalnya membenci penerapan syariah islam kaffah
menjadi cinta dan rindu.
Ketika ini terjadi, maka pada
saat itulah ummat mengingikan islam diterapkan secara utuh oleh sebuah Negara,
sebagaimana dilakukan oleh rasulullah SAW dan para sahabat di masa awal
kebangkitan islam. Perubahan itu harus membutuhkan dukungan kuat dari berbagai
pihak, ahlul quwwah, orang-orang yang
memiliki kekuatan untuk menolong agama Allah SWT, mereka adalah kalangan
militer, kepolisian, Jendral TNI, Jendral Polri, para alim ulama, para
intelektual, para tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
menuju tegaknya pemerintahkan islam, yang biasa disebut dengan KHILAFAH
ISLAMIYAH.
Pada tingkat Negara, dakwah
tetap dilakukan dalam mengajak kepada seluruh manusia untuk beriman kepada
Allah SWT. Keberadaan sebuah Negara dalam pandangan islam sangat penting dalam
menjalankan fungsinya sebagai payung penegakan aturan dan syariat Allah SWT. Negara
khilafah adalah system Negara yang sangat ideal yang telah diturunkan oleh
Allah SWT di muka bumi ini untuk kaum muslimin dan seluruh umat manusia. Imam
an-Nabhani memberikan definisi bahwa khilafah adalah “suatu kepemimpinan umum kaum muslimin diseluruh dunia untuk menjalankan
syariat islam dan menyebarluaskan dengan dakwah dan jihad”. Keberadaan
khilafah akan terwujud paling tidak ada tiga hal utama yang penting yaitu 1)
persatuan umat islam, 2) penerapan syariah secara menyeluruh yang telah
diwajibkan oleh Allah SWT dan 3) dakwah islam yaitu menyebarluaskan islam
sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam, yang menjadi
karakter agama islam.
Ketiga tingkatan ini harus
dilakukan dalam rangka menjaga karakter dakwah yang sedang diemban, dan sedang
diperjuangkan. Insya Allah, dengan memohon keridhoan Allah SWT ini adalah jalan
dakwahku, jalan yang sedang aku tempuh, jalan perjuangan menuju rahmat Allah
SWT. Siapa saja yang sedang menempuh jalan ini, penulis do’akan semoga Allah
SWT menghadiakan aktifitas mulia antum dengan surga yang penuh dengan
kenikmatan.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya” (QS.
Al-Bayyinat [98]: 7-8).
Dakwah adalah Jalan Perjuangan ku