Rabu, November 05, 2014

Dakwah adalah Jalan Perjuangan ku



Oleh: Didi Haryono
 
Jalan dakwah adalah jalan perjuangan, jalannya para nabi, jalannya para syuhada dan jalannya al-ghurobah (orang yang terasing). Banyak orang menganggap jalan dakwah tidak penting dalam hidupnya, tetapi ketahuilah jalan ini yang menentukan perubahan besar yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Lihatlah dakwah para nabi, indah mereka rasakan dalam dakwahnya meskipun tantangan dan ujian yang menghadang. Lihatlah juga dakwah para syuhada, mereka rela mengorbankan apa yang mereka miliki hanya demi kemuliaan islam dan kaum muslimin. Dan lihatlah dakwahnya para al-ghurobah, mereka rela menjadi yang terasing demi ketaatan mereka kepada Allah SWT tuhan semesta alam.


Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi ra.
Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulanya, maka berbahagialah al-ghurobah (orang-orang yang terasingkan) tersebut. Para sahabat perkata, wahai rasulullah, siapakah al-ghurobah ini? Rasulullah SAW bersabda mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia seudah rusak” (HR. At-Thobari dalam al-kabir).

Ad-Darimi, Ibnu Majah, Ibnu Abu Syabah, al-Bajjar, Abu Ya’la dan Ahmad telah meriwayatkan suatu hadis dengan para perawi terpercaya dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya islam muncul pertama kali dalam keadaan kali dalam keadaan terasing dan akan kemabali terasing sebagaimana mulanya, maka berbahagialah al-ghurobah (orang-orang yang terasingkan). Dikatakan kepada beliau siapakah al-ghurobah itu? Rasulullah SAW bersabda mereka adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah”. (HR. Ahmad)

Jalan dakwah adalah jalan yang sangat mulia. Kemulian mereka karena aktivitas yang diridhoi Allah SWT, kenikmatan yang dirasakan karena mampu menyampaikan kalimat hikmah kepada objek dakwah, semakin ada rintangan dan tantangan yang menghadang maka semakin bersemangat dan semakin kokoh iman pengemban dakwah. Umar bin Khattab sangat menghargai kenikmatan majelis ini dengan menyatakan “Tidak ada nikmat kebaikan yang Allah SWT setelah islam, selain saudara yang saleh. Maka jika salah seorang kalian merasakan kecintaan dari saudaranya, peganglah dengan kuat persaudaraan dengannya”.

Jalan dakwah adalah jalan yang dirindukan oleh pejuang yang sholeh dan sholeha. Mereka yang merindukan jalan dakwah akan selalu merindukan kalimat hikmah dari berbagai peristiwa yang terjadi. Dari induk segala hikmah, al-Qur’an al-Karim, Hadist ulumul hikmah. Ayat-ayat Allah SWT bertebaran di alam raya ini, ayat-ayat Allah SWT yang senantiasa dilantunkan dengan hati yang ikhlas dan jiwa yang tenang. Karena ia adalah sumber informasi dan inspirasi, sumber energy yang memotivasi semangat langkah yang merindukan jalan dakwah.
Merindukan jalan dakwah itu butuh semangat dan kesungguhan. Kesungguhan mengubah ujian menjadi kesempatan untuk menghasilkan peninggalan sejarah yang menjadi ladang amal (amal jariyah). Hati yang penuh kesungguhan itulah yang akan mengubah keterbatasan menjadi momen perubahan, bahkan momentum yang bersejarah. Tidak sedikit karya-karya yang bersejarah besar yang lahir dari keterbatasan, lahir dari jiwa yang ikhlas, yang dihiasi dengan kesungguhan dan semangat yang menggelora.
Jalan dakwah adalah majelis iman yang sedang dijalani. Majelis inilah yang diperlukan untuk meembutkan hati kita, mengasah jiwa agar senantiasa beredar dalam orbit kebaikan, dan melatih kita untuk senantiasa sensitive pada keburukan hingga kita bisa menjauhinya, serta untuk mengasah alergi kita terhadap kemaksiatan dan kemungkaran. Majelis ini harus dilaksanakan dalam tintangkatan individu, jamaah/ kolektif bahkan Negara.

Pada tingkatan individu, majelis ini dilakukan melalui halaqoh-halaqoh (kelompok kajian) untuk mendidik dan membina para kader militan, kader aktif yang kreatif dan produktif, sebab kader inilah yang akan dipersiapkan untuk menyampaikan risalah ilihiyah (risalah kebenaran) kepada masyarakat. Tingkatan ini giroh (semangat) juang harus terus digelorakan, sebab kader yang akan survive (bertahan) adalah kader yang istiqomah dan tunduk pada hukum syara’.  Ketika para kader tidak taat kepada hokum syara’ maka ini menjadi musibah bagi jalannya dakwah, dan tentunya solusi yang harus dilakukan adalah menamkan tsaqofah islam pada diri para kader agar senantiasa yakin bahwa Allah SWT adalah tujuan kita, ridho dan rahmat-Nya lah yang kita raih dalam seluruh aktivitas perjuangan kita.
Pada tingkat jamaah, majelis ini dilakukan untuk menjaga solidaritas tim dakwah, menjaga dan memperbaharui semangat jamaah, menindaklanjuti ide kreatif individu menjadi ide kolektif dan menjadikan kelompok dakwah yang produktif. Sehingga, ummat cepat disadarkan dan menjadi paham dengan islam yang diemban. Kerjasama tim dalam berdakwah sangat diperlukan dalam memudahkan seluruh aktifitas dakwah, memudahkan langkah gerak, saling melengkapi personil dakwah dan saling memotivasi takkala ada individu yang futur dan malas-malasan dalam mengemban amanah mulia ini. Saat tujuan dakwah koletif tercapai, kesadaran masyarakat tentang islam mulai menggelora. Penerapan islam pun belangsung dengan baik disemua lini kehidupan, individu, keluarga dan masyarakat. Keinginan menerapkan islam kaffah (sempurna) terus didengungkan, orang-orang yang awalnya membenci penerapan syariah islam kaffah menjadi cinta dan rindu. 

Ketika ini terjadi, maka pada saat itulah ummat mengingikan islam diterapkan secara utuh oleh sebuah Negara, sebagaimana dilakukan oleh rasulullah SAW dan para sahabat di masa awal kebangkitan islam. Perubahan itu harus membutuhkan dukungan kuat dari berbagai pihak, ahlul quwwah, orang-orang yang memiliki kekuatan untuk menolong agama Allah SWT, mereka adalah kalangan militer, kepolisian, Jendral TNI, Jendral Polri, para alim ulama, para intelektual, para tokoh masyarakat yang memiliki pengaruh terhadap perubahan menuju tegaknya pemerintahkan islam, yang biasa disebut dengan KHILAFAH ISLAMIYAH.

Pada tingkat Negara, dakwah tetap dilakukan dalam mengajak kepada seluruh manusia untuk beriman kepada Allah SWT. Keberadaan sebuah Negara dalam pandangan islam sangat penting dalam menjalankan fungsinya sebagai payung penegakan aturan dan syariat Allah SWT. Negara khilafah adalah system Negara yang sangat ideal yang telah diturunkan oleh Allah SWT di muka bumi ini untuk kaum muslimin dan seluruh umat manusia. Imam an-Nabhani memberikan definisi bahwa khilafah adalah “suatu kepemimpinan umum kaum muslimin diseluruh dunia untuk menjalankan syariat islam dan menyebarluaskan dengan dakwah dan jihad”. Keberadaan khilafah akan terwujud paling tidak ada tiga hal utama yang penting yaitu 1) persatuan umat islam, 2) penerapan syariah secara menyeluruh yang telah diwajibkan oleh Allah SWT dan 3) dakwah islam yaitu menyebarluaskan islam sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam, yang menjadi karakter agama islam.

Ketiga tingkatan ini harus dilakukan dalam rangka menjaga karakter dakwah yang sedang diemban, dan sedang diperjuangkan. Insya Allah, dengan memohon keridhoan Allah SWT ini adalah jalan dakwahku, jalan yang sedang aku tempuh, jalan perjuangan menuju rahmat Allah SWT. Siapa saja yang sedang menempuh jalan ini, penulis do’akan semoga Allah SWT menghadiakan aktifitas mulia antum dengan surga yang penuh dengan kenikmatan.
Allah SWT berfirman:
ž
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (QS. Al-Bayyinat [98]: 7-8).

0 komentar: