Selasa, Maret 18, 2014

Al-Qur'an: Penjelas dan Manhaj Perjuangan



Oleh: Muh Didi Haryono

Fase-fase sejarah tidak bisa begitu saja kita lupakan, perjuangan generasi awal banyak memberikan inspirasi, kesungguhan mereka patut ditauladani, panah perjuangannya manpu menembus tebalnya dinding istana jahiliyah, keseriusan mereka berhasil menaklukan musuhnya, kekuatan fisik mereka di atas rata-rata dan manpu mengalahkan musuh yang lebih banyak jumlahnya dari mereka, do'anya diaminkan oleh alam dan diijabah, hati mereka sangat dekat dengan rabbnya dan setiap langkah mereka dilindungi oleh cahaya kebesaran tuhannya, mereka dimuliakan Allah karena Al-,qur'an menjadi pedoman kehidupan mereka.

Perjuangan dan pengorbanan mereka begitu luar biasa, waktu, kesempatan, harta bahkan jiwa mereka korbankan hanya untuk islam. Mereka tidak perduli lagi resiko di medan laga sebab mereka yakin bahwa kemenangan itu hanya persoalan waktu saja, dekat atau jauh, mudah atau sulit, yang pasti jika mengikuti petunjuk Al-qur'an maka tidak akan pernah kalah dan tersesat.
Lihatlah berapa lama waktu yang diperlukan oleh nabi saw. untuk menyampaikan dakwah hingga beliau berhasil menerapkan islam secara sempurna? Lihatlah berapa lama waktu yang disiapakan oleh Salahuddin al-Ayyubi untuk merebut kembali tanah al-Quds? Lihatlah berapa lama waktu yang diperlukan oleh Muhammad Al-fatih untuk menaklukan Konstantinopel?

Diperlukan kesabaran yang kuat untuk menanti kemenangan atas pertolongan Allah, perlu keistiqomahan dan tetap tawadu dalam perjuangan higga Allah akan menepati janji-Nya, diperlukan juga do'a dengan menghadirkan kandungan makna Al-qur'an dalam jiwa, membayangkan kita hidup seperti generasi pertama islam yang langsung menerima Al-qur'an secara beransur-ansur, agar mudah dimengerti dan dipahami, agar mudah diimplementasikan dalam kehidupan realnya. Sehingga, ketika terpeleset lalu bangkit, ketika berbuat maksiat lalu tobat, awalnya lemah lalu melawan, keraguan lalu istiqomah, kesakitan lalu bersabar dan takala menaiki anak tangga satu persatu dengan pelan dan hati-hati, lama dan penuh keletihan, ketabahan dan penuh perjuangan yang memperlihatkan kesungguhan dalam meraih suatu kemenangan besar.

Sayyid Quthb pernah menyatakan "Apabila kita ingin efektif memperoleh energi Al-qur'an, mengetahui hakikat gelora yang tersebunyi di dalamnya dan mendapatkan nasehat yang tersimpan untuk umat islam disetiap generasi, sepatutnya kita menghadirkan di dalam visi kita tentang eksistensi generasi islam pertama yang menjadi obyek sasaran Al-qur'an untuk pertama kali"
Kehidupan generasi islam di awal mereka hanya menjadikan Al-qur'an sebagai motivator kehidupannya, penjaga dan pemeliharanya, penjelas dan manhaj perjuangannya. Mereka memahami bahwa Al-qur'an bukan hanya bacaan yang sekedar dibaca secara tartil tanpa makna, yang jauh dari realita kehiduan yang sedang dihadapi, bukan juga sebagai sebuah pengalaman sejarah yang telah belalu dan telah selesai, serta lelah berhenti pengaruhnya dan interaksinya dengan kehidupan manusia. Tetapi ketahuilah bahwa Al-qur'an merupakan sebuah hakikat atau eksistensi yang permanen yang tidak bisa diganggu lagi, apalagi ingin merubah kemurnian ajarannya sebab Allah sendirilah yang menjaga keasliannya.

Allah berfirman:
ÇÒÈ
 "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-qur'an dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (menjaganya)" (QS. Al-Hijr [15]: 9)

Al-qur'an mukzijatnya begitu menakjubkan ketika ia berbicara tentang substansi alam raya, mengkaji secara mendalam eksistensi kehidupan manusia secara total, setiap masalah ia memberikan solusi, setiap celah ia masuki, dan setiap seruan ia jawab. Mukzijatnya ketika ia membicarakan masalah alam raya, ia menyingkap semua kebenaranya secara jelas yang bisa diterima oleh akal, hati dan sesuai dengan fitrah manusia, serta menjadi cahaya ilmu pengetahuan. Ia juga menyingkap sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan fitrah manusia serta membangunkan spirit energi yang tersembunyi kemudian di arahkan pada yang benar. Spirit energi itulah yang membuat manusia tenang dan damai ketika mendengar merdunya bacaan Al-qur'an, ketika mengkaji dan memahami Al-qur'an, serta ketika menerapkan Al-qur'an dalam kehidupan.

Objek Al-qur'an adalah jiwa dan pengatur kehidupan manusia dan alam, aturannya adalah perintah permanen yang meski ditaati manusia, larangannya adalah perintah permanen yang meski dijauhi oleh manusia. Jika alam semesta raya bertasbih kepada-Nya, seluruh peraturan yang mengikatnya selalu bergerak dan melaksanakan peran yang telah ditetapkan. Lalu kenapa manusia begitu angkuh dan sombongnya menolak ajaran Al-qur'an yang menata kehidupannya? 

Jika matahari beredar digaris edarnya dan melaksanakan perannya, bulan-bumi-semua bintang dan planet kesemuanya tidak tercegah oleh lamanya waktu untuk melaksanakan perannya di alam semesta ini berdasarkan perintah dan aturan Allah, lalu kenapa manusia lebih memilih aturan demokrasi jahiliyah dan meninggalkan syariat islam, pada hal seluruh jagad raya mengabdi pada syariat-Nya?

Harusnya manusia belajar pada alam, mereka selalu bertasbih memuji kebesaran-Nya, mereka begitu taat dan patuh kepada syariat tuhannya. Oleh karena itu, mari kita serukan umat ini agar kembali kepada Al-qur'an, kembali mengkaji dan menela'ah maknanya, dan kembali menerapkannya dalam kehidupan manusia baik kehidupan individu, masyarakat maupun kehidupan bernegara dengan penegakan syari'ah dan khilafah. Wallahu a'lam bi shawab

0 komentar: