Oleh: Muh Didi Haryono
Fase-fase
sejarah tidak bisa begitu saja kita lupakan, perjuangan generasi awal banyak
memberikan inspirasi, kesungguhan mereka patut ditauladani, panah perjuangannya
manpu menembus tebalnya dinding istana jahiliyah, keseriusan mereka berhasil
menaklukan musuhnya, kekuatan fisik mereka di atas rata-rata dan manpu
mengalahkan musuh yang lebih banyak jumlahnya dari mereka, do'anya diaminkan oleh alam dan diijabah, hati
mereka sangat dekat dengan rabbnya dan setiap langkah mereka dilindungi oleh
cahaya kebesaran tuhannya, mereka dimuliakan Allah karena Al-,qur'an menjadi
pedoman kehidupan mereka.
Perjuangan dan pengorbanan mereka begitu luar biasa, waktu,
kesempatan, harta bahkan jiwa mereka korbankan hanya untuk islam. Mereka tidak
perduli lagi resiko di medan laga sebab mereka yakin bahwa kemenangan itu hanya
persoalan waktu saja, dekat atau jauh, mudah atau sulit, yang pasti jika
mengikuti petunjuk Al-qur'an maka tidak akan pernah kalah dan tersesat.
Lihatlah berapa lama waktu yang diperlukan oleh nabi saw. untuk
menyampaikan dakwah hingga beliau berhasil menerapkan islam secara sempurna? Lihatlah
berapa lama waktu yang disiapakan oleh Salahuddin al-Ayyubi untuk merebut
kembali tanah al-Quds? Lihatlah berapa lama waktu yang diperlukan oleh Muhammad
Al-fatih untuk menaklukan Konstantinopel?
Diperlukan kesabaran yang kuat untuk menanti kemenangan atas
pertolongan Allah, perlu keistiqomahan dan tetap tawadu dalam perjuangan higga
Allah akan menepati janji-Nya, diperlukan juga do'a dengan menghadirkan
kandungan makna Al-qur'an dalam jiwa, membayangkan kita hidup seperti generasi
pertama islam yang langsung menerima Al-qur'an secara beransur-ansur, agar
mudah dimengerti dan dipahami, agar mudah diimplementasikan dalam kehidupan
realnya. Sehingga, ketika terpeleset lalu
bangkit, ketika berbuat maksiat lalu tobat, awalnya lemah lalu melawan,
keraguan lalu istiqomah, kesakitan lalu bersabar dan takala menaiki anak tangga
satu persatu dengan pelan dan hati-hati, lama dan penuh keletihan, ketabahan
dan penuh perjuangan yang memperlihatkan kesungguhan dalam meraih suatu
kemenangan besar.
Sayyid Quthb pernah menyatakan "Apabila kita ingin efektif
memperoleh energi Al-qur'an, mengetahui hakikat gelora yang tersebunyi di
dalamnya dan mendapatkan nasehat yang tersimpan untuk umat islam disetiap
generasi, sepatutnya kita menghadirkan di dalam visi kita tentang eksistensi
generasi islam pertama yang menjadi obyek sasaran Al-qur'an untuk pertama
kali"
Kehidupan generasi islam di awal mereka hanya menjadikan Al-qur'an
sebagai motivator kehidupannya, penjaga dan pemeliharanya, penjelas dan manhaj
perjuangannya. Mereka memahami bahwa Al-qur'an bukan hanya bacaan yang sekedar
dibaca secara tartil tanpa makna, yang jauh dari realita kehiduan yang sedang
dihadapi, bukan juga sebagai sebuah pengalaman sejarah yang telah belalu dan
telah selesai, serta lelah berhenti pengaruhnya dan interaksinya dengan
kehidupan manusia. Tetapi ketahuilah bahwa Al-qur'an merupakan sebuah hakikat
atau eksistensi yang permanen yang tidak bisa diganggu lagi, apalagi ingin
merubah kemurnian ajarannya sebab Allah sendirilah yang menjaga keasliannya.
Allah berfirman:ÇÒÈ
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-qur'an dan sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya (menjaganya)" (QS. Al-Hijr [15]: 9)
Al-qur'an mukzijatnya begitu menakjubkan ketika ia berbicara
tentang substansi alam raya, mengkaji secara mendalam eksistensi kehidupan
manusia secara total, setiap masalah ia memberikan solusi, setiap celah ia
masuki, dan setiap seruan ia jawab. Mukzijatnya ketika ia membicarakan masalah
alam raya, ia menyingkap semua kebenaranya secara jelas yang bisa diterima oleh
akal, hati dan sesuai dengan fitrah manusia, serta menjadi cahaya ilmu
pengetahuan. Ia juga menyingkap sesuatu yang sesuai dengan kebutuhan fitrah
manusia serta membangunkan spirit energi yang tersembunyi kemudian di arahkan
pada yang benar. Spirit energi itulah yang membuat manusia tenang dan damai ketika
mendengar merdunya bacaan Al-qur'an, ketika mengkaji dan memahami Al-qur'an,
serta ketika menerapkan Al-qur'an dalam kehidupan.
Objek Al-qur'an adalah jiwa dan pengatur kehidupan manusia dan
alam, aturannya adalah perintah permanen yang meski ditaati manusia,
larangannya adalah perintah permanen yang meski dijauhi oleh manusia. Jika alam
semesta raya bertasbih kepada-Nya, seluruh peraturan yang mengikatnya selalu
bergerak dan melaksanakan peran yang telah ditetapkan. Lalu kenapa manusia
begitu angkuh dan sombongnya menolak ajaran Al-qur'an yang menata kehidupannya?
Jika matahari beredar digaris edarnya dan melaksanakan perannya,
bulan-bumi-semua bintang dan planet kesemuanya tidak tercegah oleh lamanya
waktu untuk melaksanakan perannya di alam semesta ini berdasarkan perintah dan
aturan Allah, lalu kenapa manusia lebih memilih aturan demokrasi jahiliyah dan
meninggalkan syariat islam, pada hal seluruh jagad raya mengabdi pada
syariat-Nya?
Harusnya manusia belajar pada alam, mereka selalu bertasbih memuji
kebesaran-Nya, mereka begitu taat dan patuh kepada syariat tuhannya. Oleh
karena itu, mari kita serukan umat ini agar kembali kepada Al-qur'an, kembali
mengkaji dan menela'ah maknanya, dan kembali menerapkannya dalam kehidupan
manusia baik kehidupan individu, masyarakat maupun kehidupan bernegara dengan
penegakan syari'ah dan khilafah. Wallahu
a'lam bi shawab
Al-Qur'an: Penjelas dan Manhaj Perjuangan