Banyak muslim yang sebenarnya bersemangat belajar apa saja
kalau ada dorongan agama. Termasuk belajar sains. Tetapi
kadang-kadang mereka membatasi sendiri rejekinya dengan belajar “SAINTIFIKASI
ISLAM”, bukan Sains Islam.
Saintifikasi Islam adalah
adalah upaya mencari dasar sains pada suatu pernyataan yang dianggap benar
dalam Islam. Pernyataan yang “taken for granted” sebagai kebenaran dalam
Islam tentu saja adalah yang bersumber dari Qur’an dan Sunnah, baik itu
mengenai suatu hal yang harus dipercaya atau suatu amal yang harus dilakukan.
Hal-hal yang harus
dipercaya masuk dalam kategori aqidah. Bila sumbernya adalah Qur’an atau
hadits mutawatir, kemudian dalalahnya tidak multitafsir, maka ia masuk dalam
dalil qath’i, yang wajib dibenarkan secara pasti. Misalnya adalah:
- pernyataan bahwa di
sekitar kita bersliweran malaikat, jin dan setan; malaikat rahmat tidak akan
masuk rumah yang ada anjingnya, sholat shubuh dan ashar disaksikan oleh dua
malaikat, di tengah pasangan pria-wanita bukan mahram yang berdua-duaan
terdapat setan, dsb.
- pernyataan bahwa
sebelum Nabi Muhammad, Allah mengutus banyak Nabi di berbagai tempat, masa, dan
dengan berbagai mukjizatnya, misalnya Nabi Adam sebagai manusia pertama, Nabi
Nuh disuruh membuat perahu, Nabi Musa pernah membelah Laut Merah, Nabi Sulaeman
pernah berbicara dengan binatang, Nabi Isa pernah menghidupkan orang mati, dsb.
-
Pernyataan
bahwa sebelum Nabi Muhammad, Allah telah menurunkan berbagai kitab suci, yang
di dalamnya berisi ajaran tauhid dan mengabarkan akan kedatangan Nabi Muhammad.
-
pernyataan
bahwa alam semesta ini dulu diciptakan dan nanti alam semesta akan mengalami
kiamat berikut tanda-tandanya, lalu setelah itu manusia akan dibangkitkan dan
akan ditempatkan di surga atau di neraka.
Pernyataan-pernyataan di atas adalah hal-hal yang ada di
luar dunia empiris, sehingga nilai kebenarannya sangat tergantung pada sejauh
mana penerimaan seseorang pada dalil qath’i yang menjadi sumbernya.
Sedang hal-hal yang harus
dilakukan termasuk amal baik dalam hubungan manusia dengan Allah, dengan
dirinya sendiri, maupun dengan manusia lain. Misalnya adalah:
-
sholat Shubuh
2 rokaat, sholat Maghrib 3 rokaat, yang lain 4 rokaat
-
sholat
tahajud dll sebagai amalan sunnah.
-
puasa di
bulan Romadhon, dan beberapa jenis puasa sunnah.
-
makan-minum
yang halal dan thayyib, dan beberapa jenis makanan/minuman yang diharamkan.
-
penggunaan
busana yang menutup aurat.
-
bentuk
pergaulan laki-perempuan (pernikahan) yang disahkan.
-
syariat wudhu
dan mandi janabat.
-
tatacara
pengurusan jenazah.
-
Pengaturan ekonomi
yang bebas riba, maisir, gharar dsb.
Nah, SAINTIFIKASI ISLAM berkutat pada masalah-masalah
“sains” di balik semua pernyataan yang diasumsikan benar dalam Islam ini.
Jadi penelitian-penelitian di bawah ini masuk kategori saintifikasi
Islam:
-
penelitian
mendeteksi kehadiran malaikat dengan Infrared, radiasi Gamma atau Neutrino,
“dikontrol” dengan beberapa amalan & kondisi khusus; apakah benar pada
ruangan yang diselenggarakan sholat shubuh berjamaah dapat dideteksi
tanda-tanda kehadiran lebih banyak malaikat?
-
penelitian
menguji kebenaran pernah terjadinya mukjizat para Nabi, misalnya:
-
pencarian footprint
Adam & Hawa ketika turun dari surga,
-
pencarian
relik kapal Nabi Nuh,
-
menganalisis
berbagai proses terjadinya pembelahan laut Merah,
-
membuktikan
bahwa Firaun memang mati tenggelam di laut tapi jasadnya terselamatkan,
-
mencari bekas
12 mata air Nabi Musa,
-
mencari
fossil hewan yang pernah berbicara dengan Nabi Sulaeman
-
mencari gua
Ashabul Kahfi dan mempelajari efek terowong waktu,
-
mencari
fossil mayat yang konon pernah dihidupkan Nabi Isa,
-
mencari bekas
bulan yang terbelah di masa Nabi Muhammad, dsb.
-
penelitian
manuskrip-manuskrip kuno yang diklaim sebagai Kitab Nabi Musa, Daud, Isa dsb.
-
penelitian
keberadaan “terompet Israfil”, pintu neraka dsb.
-
penelitian
EKG & EEG pada orang yang sholat khusyu’.
-
penelitian
fisiografis & psikografis pada orang yang sedang puasa.
-
penelitian
dampak jangka panjang pada konsumsi makanan haram (babi, bangkai, darah).
-
Penelitian kesakitan
yang diderita ternak saat disembelih dengan cara syar’i dan non syar’i.
-
penelitian
dampak sosiologi dan ekonomi pada penggunaan busana muslimah.
-
penelitian
dampak khitan pada kesehatan reproduksi dan perkembangan psikologis.
-
penelitian
komparasi pada mereka yang polygami dibandingkan dengan yang non polygami.
-
penelitian
dampak wudhu & mandi janabat pada berbagai aspek kesehatan
-
penelitian
dampak beberapa jenis pengurusan jenazah (dikubur, dibakar, dibalsem, …).
-
penelitian
kondisi ekonomi pada beberapa tingkat suku bunga.
-
penelitian
tentang efektifitas mata uang tunggal berbasis emas/perak.
Penelitian-penelitian saintifik tentang hal-hal di atas
selalu menarik (amazing) bagi kaum muslimin, sehingga bahkan kadang-kadang lupa
menguji kebenaran sainfitiknya ketika kesimpulannya sudah seolah-olah mendukung
dalil. Banyak paper yang diklaim sebagai hasil penelitian orang Barat
(non muslim) yang mendukung klaim kebenaran dalil itu, ketika ditelusuri
ternyata tidak ditemukan. Semua link mengarah ke situs-situs milik muslim
sendiri, dan itupun bukan sebuah karya yang dapat dikategorikan penelitian
ilmiah (yang harus memenuhi syarat transparan, replicable, consistence dan explaining). Ketika rujukan
itu tidak ditemukan, sering penjelasannya hanya, “ada konspirasi untuk menutupi
kebenaran Islam”.
Sebaliknya ketika hasil
penelitian berlawanan dengan yang dikehendaki, misalnya bahwa “tidak ada
perbedaan yang signifikan antara orang yang terbiasa mengkonsumsi babi dengan
yang tidak”, maka tulisan ini cenderung dijauhi. Ini contoh suatu bentuk
“kepengecutan ilmiah”. Seharusnya biarkan saja, toh nanti setiap riset
akan diverifikasi dan direlatifkan oleh riset berikutnya, selama proyek
“saintifikasi Islam” ini tidak menyedot energi utama ilmuwan muslim.
Yang benar adalah, meski riset-riset saintifikasi Islam ini “amazing”,
tetapi dia sama sekali “not worth” (mengasyikkan, tetapi tidak ada manfaatnya),
karena tidak akan mempengaruhi apapun pada nilai kebenaran dari pernyataan
dalil yang harus diyakini maupun diamalkan.
Yang harus dipahami juga
adalah, bahwa ada beberapa pernyataan di dalam Qur’an & Sunnah yang tidak
masuk dalam dalil qath’i, karena dalalahnya multitafsir, sedang objeknya adalah
dunia empiris, sehingga pantas bila diteliti secara saintifik. Inilah
yang masuk kategori SAINS ISLAM. Misalnya persoalan:- apakah bumi yang
mengitari matahari atau matahari yang mengitari bumi ?
-
seberapa
besar sebenarnya “langit dunia” itu ?
-
seperti apa
sesungguhnya mekanisme “air laut yang tidak tercampur” itu ?
-
sejauh mana
Habatussaudah bisa benar-benar “mengobati segala penyakit kecuali maut” ?
-
bagaimana
saja khasiat dalam jahe, sehingga disebut campuran minuman ahli surga?
Tasyabbuh atau menyerupai !!