Senin, Juli 18, 2011

Penanganan Teroris di Indonesia Makin Represif

Jakarta - Penanganan terorisme di Indonesia akhir-akhir ini semakin represif dan cenderung brutal. Akibatnya di masa depan dikhawatirkan akan muncul benih-benih terorisme baru karena ada dendam dari orang atau keluarga yang pernah terkena kasus terorisme.

Hal itu diungkapkan oleh pakar politik Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr Nurhadi dalam launching buku "Hegemoni Rezim Intelijen, Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad," karya Ketua KPK, Busyro Muqoddas di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jl Cik Ditiro, Yogyakarta, Sabtu (16/7/2011).

"Keberhasilan Indonesia, Densus 88 dalam penanganan terorisme akhir-akhir ini diragukan oleh negara-negara lain. Pasalnya, Densus dalam lima bulan terakhir ini bertindak represif dan cenderung brutal," kata Nurhadi.

Nurhadi mengaku sebelumnya Indonesia sempat menjadi contoh negara lain yang berhasil dalam penanganan terorisme oleh negara-negara lain. Pada awalnya penanganan hukum terhadap orang-orang yang diduga teroris saat itu mengesankan. Namun sekarang ini tidak, lebih menggunakan pendekatan Barbaric.

"Mereka kembali menggunakan pendekatan Barbaric, yang ini sudah usang," katanya.

Menurut dia, saat ini Densus terpancing untuk melakukan tindakan keras seperti penembakan di tempat yang mengakibatkan jatuh banyak korban. Tindakan tersebut di khawatirkan akan menanam bibit-bibit baru.

"Ini yang kurang disadari, padahal ini lebih berbahaya," katanya.

Sementara itu Dr Suparman Marzuki, dari Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII) mengatakan saat ini banyak istri dan anak keluarga yang diduga terlibat terorisme yang menjadi korban stigmatisasi terorisme. Istri maupun anak yang ditinggal suami atau ayah yang terlibat terorisme akan menerima hukuman dan dikucilkan di masyarakat tempat tinggal.

Menurut dia dari beberapa kasus, banyak masyarakat yang membuat benteng bahkan mengucilkan keluarga yang pernah terlibat terorisme. Padahal mereka tidak tahu apa-apa dan ingin hidup biasa bersama masyarakat lainnya.

"Karena masyarakat membuat tembok atau benteng bagi mereka, di sekolah anak-anak mereka juga mengalami hal yang sama ini akan lebih berbahaya. Hal seperti ini tidak boleh ada dan harus dihilangkan. Kalau tidak, persoalan terorisme tidak akan selesai," kata anggota Komisi Yudisial (KY) itu.

Minggu, Juli 17, 2011

Riset: 1 dari 3 Gadis Tomboy Tumbuh Menjadi Lesbian

Hidayatullah.com—Anda termasuk wanita tomboy? Berhati-hatilah,  sebuah penelitian terbaru menemukan, 1 dari 3 perempuan tomboy yang memiliki sifat kelaki-lakian akan tumbuh menjadi lesbian atau penyuka sesama jenis.

Di lingkungan masyarakat pada umumnya, anak perempuan identik dengan perilaku lemah lembut, anggun dan biasanya lebih suka bermain boneka. Sebaliknya jika ada anak perempuan yang suka main layangan misalnya, maka dikatakan memiliki sifat kelaki-lakian alias tomboy.

Kecenderungan untuk menjadi lesbian memang bukan disebabkan oleh perilakunya yang seperti laki-laki, namun secara kebetulan keduanya dipengaruhi oleh faktor biologis yang sama. Kesamaan itu antara lain terletak pada faktor genetik dan kondisi hormonal.

Hal itu dibuktikan dalam sebuah penelitian di Queen Mary University, London yang melibatkan 4.000 pasangan anak kembar berjenis kelamin perempuan. Para peneliti mengamati perilaku dan ketertarikan seksual anak-anak tersebut dan membandingkannya dengan perbedaan struktur genetik.

Hasil pengamatan menunjukkan, faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 25 persen terhadap orientasi seksual anak-anak tersebut. Sementara terhadap ketidaksesuaian gender yang ditunjukkan dengan perilaku tomboy atau mirip laki-laki, pengaruhnya hampir sama besar yakni 31 persen.

Karena pengaruhnya terhadap perilaku lebih besar, maka tidak semua anak perempuan yang memiliki sifat tomboy juga memiliki sifat lesbian atau penyuka sesama jenis. Berdasarkan analisis hasil pengamatan, hanya 1 dari 3 permpuan tomboy yang tumbuh menjadi lesbian.

"Kami pikir faktor lingkungan dan genetik turut mempengaruhi ketidaksesuaian gender dan seksualitas anak perempuan, misalnya paparan hormon selama dalam kandungan," ungap salah seorang ilmuwan yang terlibat dalam penelitian ini, Dr Qazi Rahman seperti dikutip dari Dailymail, Selasa (12/7/2011).

Rabu, Juli 13, 2011

Peta Kendali dan Kegunaanya.

Memilih produk barang dan jasa seorang konsumen selalu mempertimbangkan variabel kualitas. Kualitas yang baik berasal dari suatu proses yang terkendali dan stabil. Salah satu alat yang dapat dipakai untuk memeriksa pengendalian proses adalah peta kendali. 

Jenis-Jenis Peta Kendali dan Kegunaanya.
-       Atribut:
  1. Peta kendali p merupakan peta kendali yang digunakan untuk mengendalikan bagian produk cacat dari hasil produksi
  2.   Peta kendali np merupakan peta kendali yang digunakan untuk mengukur banyaknya produk cacat per item
  3. Peta kendali c merupakan petakendali untuk jumlah cacat unit dengan jumlah sampel sama untuk mengukur ketidaksesuaian dalam satu unit.
  4.  Peta kendali u merupakan peta kendali untuk jumlah cacat suatu  unit dengan jumlah sampel yang berbeda.
-       Variabel
  1.   Peta kendali x-bar R merupakan peta kendali untuk menentukan rata-rata dan range dari variabel yang diteliti melalui beberapa pengamatan.Contoh:  Kita meneliti sebuah perusahaan kayu, akan mengetahui ukuran panjang kayu yang baik dengan 25 kali observasi dan setiap kali observasi dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali. Nah, dari setiap pengukuran itu akan kita tentukan rata-rata dan rangenya.
  2.  Peta kenda x-bar S merupakan peta kendali untuk menentukan rata-rata dan standar deviasi dari variabel yang diteliti melalui beberapa pengamatan.
  3. Peta kendali Moving Avrange (MA)  merupakan peta kendali yang diperluas dari peta kendali x-bar, dimana peta kendali x-bar mempunyai kelemahan yaitu tidak peka terhadap pergeseran rata-rata proses.
  4. Peta Kendali T-Square  merupakan peta kendali yang diketahui dari  menghitung nilai masing-masing karateristik suatu hasil produksi yang diteliti.
Kegunaan peta kendali:
  1. Menyelidiki dengan cepat sebab-sebab terduga atau pergeseran proses, sehingga tindakan perbaikan dapat cepat dilakukan.
  2. Mengendalikan proses produksi dalam menentukan kemampuan proses dan dapat memberikan informasi untuk meningkatkan proses roduksi.
  3. Sebagai alat yang sangat efektif dalam mengurangi sebanyak mungkin variabilitas dalam proses sesuai dengan tujuan utama pengendalian proses.

Jumat, Juli 08, 2011

QUALITY CONTROL


Quality control adalah proses yang digunakan untuk menjamin tingkat tertentu kualitas dalam produk atau jasa. Ini mungkin termasuk tindakan apa pun bisnis yang dianggap perlu untuk menyediakan kontrol dan verifikasi karakteristik tertentu dari suatu produk atau jasa. Tujuan dasar dari pengendalian kualitas adalah untuk memastikan bahwa produk, jasa, atau proses yang disediakan memenuhi persyaratan tertentu dan dapat diandalkan, memuaskan, dan fiskal suara.
Pada dasarnya, kontrol kualitas melibatkan pemeriksaan produk, layanan, atau proses untuk tingkat minimal tertentu kualitas. Tujuan dari tim kontrol kualitas untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang tidak memenuhi standar perusahaan tertentu kualitas. Jika masalah diidentifikasi, pekerjaan tim kendali mutu atau profesional mungkin melibatkan menghentikan produksi sementara. Tergantung pada layanan atau produk tertentu, serta jenis masalah yang diidentifikasi, produksi atau pelaksanaan tidak dapat menghentikan seluruhnya.
Biasanya, itu bukan pekerjaan tim kendali mutu atau profesional untuk memperbaiki masalah kualitas. Biasanya, individu lain yang terlibat dalam proses menemukan penyebab masalah kualitas dan memperbaiki mereka. Setelah masalah tersebut diatasi, produk, layanan, atau proses produksi atau pelaksanaan terus seperti biasa.
Kontrol kualitas dapat mencakup tidak hanya produk, layanan, dan proses, tetapi juga orang-orang. Karyawan merupakan bagian penting dari perusahaan apapun. Jika sebuah perusahaan memiliki karyawan yang tidak memiliki keterampilan yang memadai atau pelatihan, memiliki arah yang kesulitan memahami, atau salah informasi, kualitas mungkin sangat berkurang. Ketika kontrol kualitas dianggap dalam hal manusia, itu menyangkut masalah diperbaiki. Namun, tidak harus bingung dengan masalah sumber daya manusia. Seringkali, kontrol kualitas adalah bingung dengan jaminan kualitas. Meskipun keduanya sangat mirip, ada beberapa perbedaan dasar.
Quality control berkaitan dengan produk, sedangkan jaminan kualitas adalah proses yang berorientasi. Bahkan dengan seperti perbedaan yang jelas didefinisikan, mengidentifikasi perbedaan antara kedua dapat sulit. Pada dasarnya, kontrol kualitas melibatkan mengevaluasi produk, aktivitas, proses, atau jasa. Sebaliknya, jaminan kualitas dirancang untuk membuat proses yakin adalah cukup untuk memenuhi tujuan. Sederhananya, memastikan jaminan kualitas produk atau jasa diproduksi, dilaksanakan, diciptakan, atau diproduksi dengan cara yang benar, sedangkan kontrol kualitas mengevaluasi apakah atau tidak hasil akhir yang memuaskan.

Selasa, Juli 05, 2011

Perang terhadap Islam telah melemahkan ekonomi AS

WASHINGTON - Total biaya yang dikeluarkan AS untuk perang di Irak dan Afghanistan ditambah operasi militer terkait di Pakistan telah melebihi angka 4 triliun USD, lebih dari tiga kali jumlah yang telah disahkan oleh Kongres AS dalam satu dekade ini sejak serangan 911.
Jumlah ini secara mengejutkan muncul dari sebuah penelitian oleh akademisi di Universitas Brown baru-baru ini.  Jika pengeluaran Pentagon lainnya, pembayaran bunga atas uang pinjaman untuk membiayai perang dan 400 juta USD diperkirakan telah dihabiskan untuk “perang melawan teror” domestik, total pengeluaran yang sudah dikeluarkan di satu tempat antara 2,3 hingga 2,7 triliun USD.
Dan meskipun perang kini “mulai mereda”, tambahan pengeluaran militer masa depan dan biaya perawatan bagi para veteran perang, maka jumlah uang yang harus dikeluarkan oleh AS akan berada di antara 3,7 hingga 4,4 triliun USD.
Laporan oleh Universitas Brown ini bukan pertama kalinya dilakukan, sebelumnya pada tahun 2008, Harvard pernah melakukan studi serupa yang dilakukan oleh ekonom Linda Bilmes dan Joseph Stiglitz, memperhitungkan bahwa biaya akhir perang akan melebihi 3 triliun USD.  Perbedaannya adalah posisi keuangan Amerika kini telah memburuk.
Tidak seperti kebanyakan konflik sebelumnya, perang kotor Amerika di Irak dan Afghanistan telah hampir seluruhnya dibiayai oleh uang pinjaman yang cepat atau lambat harus dilunasi.
Penderitaan manusia juga sepadan dengan biaya yang dikeluarkan.  Laporan menyimpulkan bahwa antara 225.000 sampai 258.000 orang telah tewas dalam dua perang tersebut, namun jumlah tersebut bisa jauh lebih tinggi karena Amerika selalu menutupi jumlah korban sebenarnya. 
Bahkan angka-angka tersebut hanya yang berada di permukaan, dalam banyak kasus, seperti tentara yang terluka dan akhirnya cacat atau mereka yang telah meninggal karena kekurangan gizi dan kekuarangan pengobatan tidak diangkat.  “Ketika berhenti bertempur, mereka berada dalam keadaan sekarat,” ujar Neta Crawford, co-direktur studi Universitas Brown.  Tidak sedikit juga pengungsi yang diciptakan oleh perang, sekitar 7,8 juta orang mengungsi dari rumah mereka karena perang, jumlahnya kira-kira sama dengan populasi Skotlandia dan Wales.
Apa yang dicapai Amerika dari pengeluaran tersebut yang kini dipertanyakan.  Dua negeri kaum Muslim yang diserang secara brutal oleh Amerika, Irak dan Afghanistan, kenyataannya demokrasi di sana tidak berkembang dengan baik seperti yang diinginkan AS. Syeikh Usamah bin Ladin rahimahullah, juga tidak sedikit menyumbang untuk kebangkrutan AS.  Perburuan terhadap dirinya yang dilakukan AS menjadi perburuan termahal sepanjang sejarah.
Jika studi ini benar, selain terpanjang dalam sejarah, maka biaya perang AS yang telah mengalir sejak peristiwa 911, akan mendekati biaya Perang Dunia kedua. Perlu diingat bahwa Al Qaeda berulangkali menyatakan bahwa salah satu tujuan mereka adalah melemahkan pondasi keuangan dan ekonomi Amerika dan negara Barat. Sebuah situs berita Cina menulis, kematian Syeikh Usamah bin Ladin merupakan masalah baru, Amerika menjadi ancaman bagi negara-negara Islam.  Situs China.org.cn menuliskan : “Masalah Amerika tidak terhubung dengan bin Ladin.  Amerika mengobarkan perang melawan Islam”.
Situs ini juga mencatat bahwa sentimen anti-AS bukannya melemah namun semakin menguat setiap tahunnya.  (haninmazaya/arrahmah.com)

Minggu, Juli 03, 2011

Situs “New American” mempublikasikan sebuah artikel yang ditulis oleh Raven Clabough pada hari Rabu (29/6/2011) dengan judul: “Konferensi Khilafah di Seluruh Dunia Termasuk di Amerika Serikat“. Berikut pernyataan-pernyataan penting dalam artikel tersebut.
Artikel itu dimulai dengan pernyataan, partai politik internasional yang dikenal dengan Hizbut Tahrir akan menggelar konferensi di Inggris pada tangga 9 Juli 2011. Dalam konferensi ini akan disampaikan berbagai pemikiran yang akan mengatur dunia dengan syariah Islam. Dikatakan juga bahwa Hizbut Tahrir saat ini telah mengumumkan akan menggelar konferensi lain di Belanda pada tanggal 3 Juli 2011. Situs “The Blaze”, sebuah situs berita dan analisis menunjukkan sebuah ironi dengan waktu konferensi yang akan digelar di Belanda, karena hal itu terjadi hanya beberapa hari setelah pembebasan Geert Wilders, seorang ekstrimis kanan Belanda yang memimpin perang melawan “Islamisasi Eropa”.
Penulis mengutip dari penyelenggara konferensi, bahwa konferensi akan menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan persatuan Islam, dan pendirian Khilafah internasional. Penulis mengekspresikan kekhawatirannya terhadap Khilafah dengan mengatakan: “Bagi yang tidak tahu, Khilafah adalah negara Islam yang menggunakan kekuasaannya dengan syariah Islam.” Penulis menegaskan akan perlunya waspada dengan mengatakan bahwa selama revolusi Mesir, seorang konservatif “Pundit Glenn Beck” telah memperingatkan bahwa tuntutan final dari sebagian pemberontak adalah mendirikan Khilafah Islam di Mesir. Mereka memperlihatkan sejarah Mesir sebagai bagian dari Kekaisaran Utsmani sejak awal abad keenam belas hingga akhir abad kesembilan belas.
Penulis mengatakan bahwa tidak sedikit orang yang menganggap mustahil kemungkinan berdirinya Khilafah. Namun tampaknya ada banyak kaum radikal yang menuntut Khilafah. Sementara yang berada di belakang konferensi ini adalah Hizbut Tahrir. Pada saat yang sama, ia menjelaskan makna Hizbut Tahrir, yaitu partai politik internasional yang berusaha mendirikan Khilafah. Penulis mengutip dari situs “The Blaze”, bahwa organisasi ini secara khusus “melakukan aktivitas dengan serius dan keras melawan Amerika Serikat, dan menuduh negara adidaya ini sebagai negara imperialis. Hizbut Tahrir juga berada di belakang kekuatan yang melawan keberadaan Israel. Hizbut Tahrir menyebutnya sebagai ilegal yang harus dilenyapkannya.
Penulis berbicara tentang pandangan situs “The Blaze” terkait berbagai propaganda video yang dibuat oleh Hizbut Tahrir untuk kampanye konferensi. Di mana situs mengatakan bahwa video itu telah menunjukkan gambar dramatis para imam dan kerumunan orang-orang yang sedang shalat. Mereka meneriakan dan menyerukan metode Rasul, yaitu metode yang menjelaskan mekanisme mendirikan Khilafah. Termasuk seruang mereka adalah hadits, “… Kemudian akan ada Khilafah yang tegak di atas metode kenabian.
Penulis menilai pandangan Hizbut Tahrir sebagai pandangan yang sangat esktrim dan radikal, sebab Hizbut Tahrir menempatkan Presiden Bill Clinton, George W. Bush dan Barack Obama semuanya sebagai sekutu dalam kolonialisme dan ketidakadilan.
Penulis mengutip apa yang ditulis oleh syabab Hizbut Tahrir padan “traler propaganda untuk konferensi di Inggris: “Pada tahun 1953 lahir partai untuk mendirikan khilafah-enam dekade menentang tirani, enam dekade melawan ketidakadilan, enam dekade mengungkap imperialisme. Sekarang dakwah Islam telah tersebar di dunia, dari timur hingga barat, di 44 negara …. Hizbut Tahrir di Inggris akan menggelar konferensi internasional. Dalam konferensi ini kami akan memaparkan pendangan kami untuk perubahan.”
Penulis menambahkan bahwa ada gambar dalam mempromosikan konferansi yang difahami bahwa: Obama, Cameron dan Den Haag telah menyuarakan pandangan mereka untuk tidak membiarkan Islam lahir dari revolusi Arab, dan sekarang mereka menggulingkan para penguasa mereka yang diktator. Sedangkan tujuan dari perang Afghanistan adalah untuk menghalangi kembalinya Khilafah.
Penulis mengutip perkataan Hizbut Tahrir bahwa Rasulullah Saw melihat umat ini dari timur ke barat bersatu di bawah pemerintahan Islam. “… Kemudian akan ada Khilafah yang tegak di atas metode kenabian.” Hizbut Tahrir bertanya, apakah Anda di antara orang mendukungnya?
Di antara bukti ketakutan mereka akan penyebaran konferensi yang digelar Hizbut Tahrir di dunia, ia mengatakan: “Perlu dicatat bahwa Amerika Serikat tidak luput dari konferensi ini. Pada tahun 2009, Hizbut Tahrir di Amerika menggelar Konferensi Khilafah dengan judul: “Runtuhnya Kapitalisme dan Munculnya Islam” di kota Chicago. Dan beberapa hari lalu, tepatnya pada tanggal 26 Juni 2011, Hizbut Tahrir di Amerika menggelar Konferensi Khilafah di kota Oak Brook, Negara Bagian Illinois.
Penulis menambahkan dengan mengatakan: “Semua konferensi yang berlangsung di seluruh dunia tampaknya menyuarakan filosofi yang sama, yaitu mendirikan Khilafah untuk merealisasikan cita-cita besar. Sementara Barat dan Israel merupakan ancaman bagi proses tersebut.”  Penulis mengatakan: “Seseorang harus bertanya tentang sikap Israel, dan apakah harus Hizbut Tahrir menjalankan caranya, serta mengubah Timur Tengah menjadi Khilafah.
Penulis mengakhiri artikelnya dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya mereka telah menyadari dalam segala hal”.
*** *** ***
Sesungguhnya ketakutan terhadap Khilafah dan konferensinya ini adalah ketakutan yang nyata. Hal ini ditegaskan oleh pernyataan para pemimpin, politisi dan kepala negara, seperti Cameron, Sarkozy, Putin dan lain-lainnya tentang ketakutan terhadap Khilafah dan kemungkinan hilangnya kendali atas revolusi Arab, serta terjadinya bencana bagi mereka. Sementara konferensi yang berlangsung di seluruh dunia merupakan petir yang menimpa mereka setiap tahun. Buktinya mereka berusaha dengan seluruh kekuatan mereka, dan para penguasa yang menjadi bonekanya untuk mencegah dan menekan agar konferensi tersebut tidak terjadi, dan melarang media untuk meliput ketika konferensi tersebut tetap digelar.
Namun pertanyaannya adalah jika Barat begitu gemetar ketakutan dengan kegiatan ini, maka bagaimana reaksi mereka ketika menerima kabar bahwa berdirinya Khilafah Islam sudah tidak lama lagi?
Sumber: pal-tahrir.info, 1/7/2011.